Kopi Bondowoso Mendunia, Amin: Daerah Lain Bisa Bersinergi
- 16 July 2017
- 0
BONDOWOSO – Bupati Bondowoso Amin Said Husni mengeluhkan dampak negatif otonomi daerah yang berpotensi menyulut konflik antar daerah satu dengan yang lain. Yang justru membuat laju ekonomi di sejumlah daerah lambat berkembang. Seharusnya, sejumlah daerah tersebut bisa saling bersinergi. Misalnya dengan mengembangkan potensi yang serupa.
Hal tersebut disampaikan saat rapat Rakorwil Tim Pengendali Inflasi (TPID) eks -karesidenan Besuki dan Lumajang di pendapa Bupati, Sabtu (15/7/2017).
Menurut Amin, otonomi daerah yang selama ini diterapkan justru memperkecil ruang gerak sejumlah industri yang berpotensi untuk berkembang. Otonomi daerah seakan menjadi tabir penghalang antara daerah satu dengan lainnya untuk menjalin kerja sama.
“Otonomi daerah kadang dianggap skat untuk saling berkoordinasi menjalin kerjasama yang baik. Seakan-akan ruang gerak kita terhenti oleh batas geografis. Padahal jika kita membuat strategi ekonomi kawasan ini akan menciptakan suatu kekuatan besar,” ungkap Bupati.
Baca Juga : Kopinya Sudah Mantap, Ini Pesan Bupati dan SCAE untuk Petani
Amin menyebutkan bahwa kekayaan alam yang dimiliki sejumlah kabupaten di karesidenan Besuki tak jauh berbeda. Sebagai contoh adalah industri kopi, yang saat ini dipelopori Bondowoso. Pun kabupaten Jember, Situbondo, Banyuwangi dan lumajang yang mulai mengembangkan industri kopi. Jika kesamaan kekayaan alam tersebut dikembangkan secara kolektif, tentu akan menghasilkan industri yang lebih besar. Mengingat nilai tawar Republik Kopi sebagai kiblat produksi kopi di Jawa Timur yang dapat memotori industri kopi di kawasan tersebut.
“Bondowoso sudah memiliki coffee Java ijen raung. Namun tidak lantas hanya milik Bondowoso saja. Karena secara geografis, Banyuangi, Jember, dan Situnondo juga bagian dari pegunungan ijen. Yang hasil kopinya mirip. Tapi harus diingat, kopi Bondowoso tetap yang terbaik,” ucap bupati sambil menebar senyum.
Bupati Amin sebagai Presiden Republik Kopi membuka pintu bagi kabupaten lain untuk turut mengembangkan potensi kopinya. Karena ekspor kopi selama ini belum memenuhi permintaan pasar.
“Permintaan kopi pegunungan ijen di luar sana kian meningkat. Tak seharusnya kita memperebutkan tempat potensi daerah yang di antaranya kopi dan wisata. Kalau kita bisa kompak tentu akan dapat membuat paket wisata bersama. Kita bisa menarik wisatawan dengan satu jalur,” papar Amin.
“Ayo kita bergandengan tangan untuk bersinergi satu sama lain. Saya ingin kita tidak hanya berkoordinasi tentang inflasi hari ini,” tutupnya. (abr)