Share

 

BONDOWOSO – Dunia olahraga dirgantara menjadi primadona baru di Bondowoso. Berbagai pengembangan pun terus dilakukan. Salah satunya melalui kejuaraan-kejuaran dirgantara berskala nasional.

Wahyudi Widodo, Sekretaris Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Bondowoso mengungkapkan, pada 2017 ini pihaknya sudah mengagendakan dua event kejuaraan. Yang pertama adalah kejuaraan paramotor yang rencananya digelar pada Agustus mendatang.

“Kejuaraan paramotor ini rencananya akan diikuti oleh atlet-atlet paramotor kenamaan yang sudah mewakili Indonesia di berbagai kejuaraan dunia,” ungkapnya kepada Memo Indonesia. Direncanakan, kejuaraan ini digelar di kawasan kota.

Kejuaraan selanjutnya adalah Paragliding Trip of Indonesia (TroI), yaitu kejuaraan paralayang yang menggabungkan antara olahraga dengan pengembangan pariwisata. Event ini rencananya akan digelar pada Oktober mendatang di puncak Megasari, kecamatan Ijen.

Untuk kejuaraan TroI ini, kata dia, merupakan yang kedua kalinya ditempatkan di Bondowoso. “Tahun lalu kita juga menjadi tuan rumah. Alhamdulillah tahun ini Bondowoso kembali ditunjuk sebagai tuan rumah,” paparnya.

Dalam kejuaraan ini, Bondowoso ditetapkan sebagai tuan rumah seri keempat dari lima seri yang direncanakan oleh FASI Pusat. Empat seri lainnya akan ditempatkan di berbagai daerah, seperti di Sumatera, Sulawesi dan NTB.

Dipercayanya kembali Bondowoso sebagai tuan rumah tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Mengingat banyak daerah-daerah lain yang berlomba-lomba untuk menjadi tuan rumah kejuaraan yang menggabungkan olahraga dan pariwisata tersebut.

 

Kesuksesan menggelar TroI 2016 menjadi catatan tersendiri bagi FASI Pusat untuk kembali menunjuk Bondowoso sebagai tuan rumah. “Pada 2016, kita mendapatkan apresiasi dari pusat sebagai tuan rumah penyelenggara TroI terbaik,” jelasnya.

Untuk menggelar dua event tersebut, lanjut dia, berbagai persiapan terus dilakukan. Dia berharap, pemerintah dan pihak-pihak terkait juga memberikan dukungan agar kejuaraan bisa sukses terselenggara.

Di puncak Megasari, misalnya, salah satu yang masih menjadi kendala saat ini adalah masih belum bagusnya infrastruktur dari landing menuju take off. Termasuknya juga peningkatan sarana dan prasarana. “Kita berharap kekurangan-kekurangan yang ada bisa teratasi,” pungkasnya. (esb)