Share

BONDOWOSO – Sebanyak 15 bayi di bawah lima tahun di Bondowoso berpotensi terkena HIV/AIDS. Penyebabnya karena dipicu oleh sang ibu yang telah positif terkena HIV/AIDS. Suspect HIV/AIDS ini tersebar di kecamatan Maesan, Prajekan, Wonosari, Jambesari, Tegalampel, dan Wringin.

Menurut Siwin Soleha, Aktivis Yayasan Pemberdayaan Intensif  Kesehatan Masyarakat (Yapikma) Bondowoso mengatakan, dari jumlah ke 15 balita sudah ada 1 balita yang berusia 5 tahun positif virus HIV/AIDS. Namun beberapa di antaranya tersebut secara medis belum bisa dinyatakan positif HIV/AIDS, melainkan baru berpotensi.

“Masih dikatakan berpotensì karena belum bisa dilakukan pemeriksaan. Untuk memastikan pemeriksaan HIV/AIDS boleh dilakukan setelah bayi berumur 9-18 bulan dan dilakukan pemeriksaan di provinsi Jatim,” pungkasnya.

Ia mecontohkan salah satu balita yang suspect HIV/AIDS di Kecamatan Maesan itu diasuh oleh neneknya. Karena, orang tuanya sekarang pergi entah kemana.

“Kasus di kecamatan Tlogosari yang saya temukan ada balita tiap harinya hanya diberi air nasi (tajin). Karena kedua orang tua balita tersebut positif terkena virus HIV/AIDS dan sudah mulai sakit-sakitan,” jelasnya.

Baca Juga : Empat Kecamatan Ini Terbanyak Penderita HIV/AIDS di Bondowoso

Selama ini pihaknya sudah sering memberikan bantuan kepada balita yang berpotensi HIV/AIDS. Namun bantuan yang diberikan masih belum seberapa karena anggaran yang dia dapat hanya dari donator.

Oleh karena itu, Ia berharap agar pemerintah hadir dan memberikan memotivasi kepada ibu maupun keluarganya, sekaligus memberikan bantuan nutrisi kepada sang bayi. Sosialisasi juga harus rutin dilakukan kepada ibu yang terkena virus HIV/AIDS sebaiknya tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya.

“Untuk mencegah bayi terinfeksi HIV/AIDS, kami akan berkoordinasi dengan jajaran Dinas Kesehatan Bondowoso. Membantu agar bayi mendapatkan bantuan susu, karena bayi itu sudah tidak mungkin mendapatkan Air Susu Ibu (ASI),” kata Siwin.

Sementara Sugiyanto, humas Dinkes Bondowoso, tidak mengelak jumlah data pengidap HIV/AIDS dari Yapikma. Dia lebih menjelaskan bahwa penularan HIV/AIDS kepada balita itu salah satunya memang dari cairan ASI.

“Kalau ibu dari balita itu sudah positif, memang tidak boleh boleh memberikan ASI-nya. Harusnya balita diberi susu formula agar tidak tertular,” katanya.

Sedangkan untuk bantuan susu formula kepada balita dari Dinkes sudah melalui Puskesmas di masing-masing desa.

“Lebih baik anda konfirmasi langsung kepada puskesmas terdekat,” tandasnya. (och)