Share

BANYUWANGI –Tradisi Upacara Adat Kebo-Keboan Suku Osing Banyuwangi diselenggarakan oleh Warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi, kemarin. Kebo-keboan artinya kerbau-kerbauan atau kerbau jadi-jadian adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat osing di dua Desa yaitu Dusun Krajan, Alasmalang Kecamatan Singojuruh dan Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi.

Tradisi kebo-keboan dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan sebagai tolak bala bagi warga setempat, dipercaya jika tidak dilaksanakan musibah akan melanda. Hal ini disampaikan oleh keturunan ketiga pemangku adat Kebo-keboan, Gunawan. Menurutnya, tradisi Kebo-keboan dilakukan juga untuk menghargai perjuangan Buyut Jakso atau yang dikenal atau Joyo Martono yang sakti mandraguna. Atas perjuangannya lahirlah jalan Pantura di kawasan Watu Dodol yang menghubungkan Banyuwangi dengan Kabupaten Situbondo.

“Saat itu beliau (Buyut Jakso, red) menggunakan kebo (kerbau, red) untuk membuka lahan pertanian. Dulu lahan pertanian yang pertama kali dibabat di selatan masjid Boyolangu,” katanya saat ditemui di lokasi makam yang diyakini sebagai putera Buyut Jakso, Senin (3/7).

Gunawan lebih lanjut mengatakan, sebelum diarak pamit dan minta ijin pada putera Buyut Jakso yang bernama Buyut Singosari yang dijuluki Buyut Kapluk. Dengan menggunakan sesajen ada bunga tujuh rupa dan beras, kunir, rempah-rempah dan kemenyan. Buyut Singosari diajak dan tugaskan oleh Buyut Jakso untuk berangkat membongkar batuan karang Watu Dodol. Makanya dijuluki Buyut Kapluk (pemecah batu).

“Untuk sesajennya nanti kita usapkan ke wajah orang yang menjadi Kebo-keboan biar kerasukan arwah kebo dan kebal saat dicambuki serta diarak di perempatan kampung,” ujarnya.

 

Baca Juga : PHL Polsek Songgon, Korban Terkena Peluru Akhirnya Tewas

 

Sementara itu, panitia penyelenggara, Rifky Ashabul Yamin menambahkan bahwa tradisi Kebo-keboan itu rutin digelar setiap hari ke sembilan Syawal tiap tahunnya.

“Tradisi Kebo-keboan ini adalah satu kegiatan adat yang dilakukan masyarakat Boyolangu setiap 9 Syawal, untuk acara Puter Kayun sendiri dilaksanakan pada 10 Syawal tiap tahunnya. Dan Kebo-keboan ini semacam pembuka acara kirab Puter Kayun,” ujarnya. (mam/ron)