Share


BONDOWOSO – Angka pernikahan dini di Bondowoso dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami tren penurunan. Yakni 2016 di angka 43,76 persen, dan di 2017 kemarin berada di 41,76 persen dan tahun 2018 berada di angka 41,06 persen dari total sekitar 5 ribuan pernikahan.

Namun demikian, jika dihitung angka tersebut tergolong masih tinggi, yakni mencapai sekitar 2ribun pernikahan dini di bawah 20 tahun. Kondisi ini membuat Bondowoso masih berada di urutan ketiga terbawah di Jawa Timur, sebagai kabupaten dengan angka pernikahan dini yang tinggi.

Nunung Setianingsih, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Bondowoso, usai acara Sosilisasi Program PPKB tahun 2019, di Aula Sabha Bina, Selasa (19/3), menerangkan, bahwa turunnya angka pernikahan dini memang tidaklah signifikan. Penyebabnya kultur budaya yang berkembang di masyarakat. Di samping itu, objek sasaran penurunan angka pernikahan dini ini adalah pola pikir masyarakat.

“ Bagaimana masyarakat kita bisa bermindset bahwa menikah dini itu jangan dilakukan lagi. Menikah dini itu jangan dilakukan pada anak-anak kita karena mereka belum siap mental maupun reproduksinya,” ujarnya.

 

Baca Juga : Iklan Kampanye di Media Baru Mulai 24 Maret 2019, Bawaslu Akan Undang Pelaku Media

Ia menyebutkan bahwa salah satu kecamatan yang angka pernikahan dininya tinggi yakni di Kecamatan Pakem. Penyebanya, yakni banyaknya masyarakat yang Drop Out (DO) sekolah. kemudian masalah kemiskinan sangat mendukung sekali terjadinya pernikahan dini.

“Bisa berbalik, pernikahan dini juga bisa mendukung kemiskinan. Dan Kemiskinan juga mendukung pernikahan dini. Karena kalau keluarga miskin mereka tidak atau putus sekolah. Ketika jua terjadi pernikahan dini, maka kemiskinan juga tetap ada di Bondowoso,” tuturnya.

Selama ini, PPKB juga telah melakukan berbagai langkah untuk menekan angka pernikahan dini di Bondowoso sosialisasi melalui berbagai program. Seperti melalaui advokasi KIE, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok bina keluarga. Termasuk juga, melakukan sinergitas DPPKB juga telah terbentuk forum anak di desa dan kelurahan.

“Yang mana anak-anak dari forum anak ini bisa bersinergi dengan program kependudukan yang ada dengan adik-adik GenRe (Generasi Genre),” pungkasnya.(och)