Terbesar di Jatim, Penyembelihan Kurban di Ponpes Al Islah Capai Ribuan Ekor
- 11 August 2019
- 0
BONDOWOSO– Pondok Pesantren Al Islah, di Desa Dadapan, Kecamatan Grujugan kembali melakukan pemotongan hewan kurban dalam jumlah besar. Bahkan, disebut pemotongan kurban pada perayaan Idul Adha 1440 Hijriah ini menjadi yang terbesar di Jawa Timur.
Menurut Drh. Cendy Herdiawan, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian wilayah setempat, Minggu (11/8), ada sekitar 1.550 ekor kambing dan domba, serta 106 ekor sapi yang dipotong.
Banyaknya hewan kurban yang dipotong tersebut, maka panitia yang terlibat dalam semua proses pemotongan hingga diserahkan kepada penerima mencapai 700 orang. Kemudian khusus untuk penyembelihan, ada 15 Juru Sembelih Halal (Juleha) yang telah memiliki sertifikat internasional pemotongan hewan yang dilibatkan. Belum lagi, juga ada sekitar 11 Juleha dari luar negeri yang dibawa oleh para Mudhahhy (Orang yang berkurban).
“Kemudian kita (Dispertan) juga menerjunkan sekitar 17 dokter hewan dan paramedis di Al Islah ini,” imbuh Cendy.
Dilanjutkannya bahwa alur pemotongan yang dilakukan oleh Ponpes Al Islah ini disebut baik. Karena, alur pemotongan telah mendekati ideal. Salah satunya, yakni hewan yang hendak dipotong tidak melihat hewan yang sedang dipotong.
Baca Juga : Banyuputih Dicanangkan Jadi Desa Budaya
Ia memastikan bahwa pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan antemortem pada hewan kurban sebelum dipotong di tempat-tempat penyedia. Kemudian, di lokasi pemotongan ini, pihaknya juga melakukan pemeriksaan posmortem. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang dipotong dalam keadaan sehat. Termasuk daging yang diberikan pada penerima pun bagus.
“Sampai saat ini tidak kita temukan penyakit yang mencurigakan. Hanya biasanya, karena Bondowoso ini endemis cacing hati, biasanya pasti kita temukan. Pada hati ya, tapi kalau hatinya rusak, tidak pengaruh ke daging lainnya. Tapi hatinya harus diafkir,”
Sementara itu, Md. Suhimy bin Wagiman, Mudhahhy asal Singapura, mengaku bahwa sudah 21 tahun sejumlah warga di negerinya berkurban di Ponpes Al Islah. Alasannya, karena standart pemotongannya yang dinilai nomer satu.
“Saya lihat dari semua pemotongan hewan dimana-mana, hanya disini yang punya sistem pemotongan yang bagus. Sesuai dengan standart di Singapura,” ujarnya.
Di samping itu, kata Suhimy, jumlah domba atau kambing yang diimport di Singapura sangatlah terbatas. Jumlah itu pun sudah habis dalam satu minggu. Sementara di Indonesia, pihaknya bisa membeli dalam jumlah yang banyak untuk berkurban.
“Beda disini, kita bisa beli banyak,” pungkasnya.(och)