Terapkan Aplikasi SAID, 16 Desa Belum Terakses Internet
- 1 August 2017
- 0
Ada pun desa-desa itu, di antaranya, Tangsil Wetan, Tumpeng, Ampelan,Bercak, Sumber canting, Banyuwuluh, Jatirambah, Jetis, Kupang, Salak, Sumbersuko, Tangsil Kulon, Pejaten, Kembang dan lainnya.
Ini disampaikan oleh Asisten 1 bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Agung Tri Handono, saat membuka acara Bimtek SAID “Membangun data, Memandirikan desa untuk kesejahteraan Masyarakat”, di Aula Sabha Bina, Selasa (1/8).
Menurutnya penyebab desa tersebut masih belum memiliki akses internet yakni karena lokasinya yang memang sangat sulit dijangkau oleh operator. Selain itu, juga ada desa yang sebenarnya telah memasang akses Internet namun lantaran belum bayar jadi diputus.
“Iya tapi sudah ada beberapa desa yang sudah diaktifkan lagi, kan seperti Jetes, Kembang, Sumbersuko, dan Pejaten itu kan jaringan telpon kan masuk, logikanya kalau jaringan telpon masuk kan internetnya juga masuk,” ungkapnya.
Ia mengaku bahwa telah menemui kepala desa dari desa yang belum memasang internet, untuk segera mengaktifkan kembali jaringan internet. Apalagi di dalam APBDesa itu sudah dianggarkan biaya wifi per bulannya.
Untuk informasi, sebanyak 71 desa di Bondowoso tahun 2017 ini, akan menerapkan aplikasi Said dan website desa sebagai basis data dan sarana informasi produk unggulan serta potensi wisata di desa maasing-masing. Namun sebelum benar-benar mengelola aplikasi tersebut secara mandiri, desa-desa itu masih akan mendapatkan pendampingan dari mahasiswa Universitas Jember dalam program UMD (Universitas Masuk Desa).
Sebelumnya program SAID ini telah diaplikasikan di sepuluh desa di kecamatan Wringin dan Cermee melalui program UMD 2016. Karena dianggap berhasil, sekarang Pemkab Bondowoso ingin merealisasikan di desa-desa lainnya. Dengan harapan seluruh desa di Bondowoso menerapkan SAID.
Seperti dikuti dari channel youtube Humas Unej, Hermanto Rahman, Direktur UMD Universitas Jember, menjelaskan, bahwa setiap desa diharapkan akan memiliki website sebagai wahana desa untuk menyebarluaskan kiprahnya, termasuk potensi dan tantangannya. Serta SAID yang berisi data kependudukan dan data desa lainnya.
“Dengan adanya data kependudukan yang selalu up to date, maka pelayanan desa lebih cepat dan efisien. Misalnya berapa jumlah ibu hamil, berapa anak usia balita atau siapa saja penerima Raskin. Jika tahap pertama berhasil, dapat dilanjutkan dengan menggali dan memasarkan potensi desa masing-masing,” pungkasnya. (och)