Share

BONDOWOSO – Jumlah balita gizi buruk di Bondowoso mengalami tren menurun selama dua tahun terakhir. Pada 2015 jumlah balita gizi buruk yakni 142 balita, dan 2016 menurun  jadi 138 balita dengan persentase 1,42 dari balita yang ditimbang.

Walaupun jumlahnya mengalami penurunan, tapi sebenarnya ini masih menunjukkan angka yang memprihatinkan, karena biasanya balita penderita gizi buruk ini ketika didampingi mereka akan kembali sehat. Tapi setelah tidak didampingi, perlahan kondisinya menurun dan kembali menjadi penderita gizi buruk. Dengan kata lain, jumlah balita penderita gizi buruk naik turun.

Menurut Titik Erna Erawati, kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Bondowoso, penyebab gizi buruk di Bondowoso ini, yakni penyakit penyerta, kemiskinan, pengetahuan ibu akan gizi buruk yang rendah, berat balita saat dilahirkan.

“Jadi ada balita yang ketika dilahirkan beratnya rendah tetapi kalau penanganannya bagus keluarganya telaten untuk memberikan ASI eksklusif, maka berat badannya bisa naik,” jelasnya dalam acara sosialisasi gizi buruk di Ruang rapat Nirmala Bhakti 1, Selasa (8/8).

 

Baca Juga : Hasil Monev, Realisasi DD di Desa Klompangan Berjalan Maksimal

 

Karena itulah, pihaknya mengajak peran serta seluruh masyarakat untuk membantu menurunkan jumlah gizi buruk di Bondowoso. Salah satunya tokoh masyarakat dan agama yang diajak memberikan edukasi kepada ibu rumah tangga, khususnya melalui sosialisasi getuk tular, dari Dinkes ke tokoh masyarakat, kemudian ke masyarakat luas.

“Bahwa masalah gizi buruk ini bukan hanya tanggung jawab dinas kesehatan tetapi seluruh masyarakat. Apalagi kalau tokoh masyarakat yang ngomong itu lebih mudah diikuti,” ujarnya.

Upaya lain yang telah dilakukan oleh Dinkes, kata Titik, yakni melalui program 1000 hari pertama kelahiran, pemberian makanan tambahan (PMT).

“PMT ini ada dua macam. Untuk terapi balita gizi buruk, kita memberikan PMT pemulihan selama 90 hari makan tanpa terputus. PMT bisa biskuit, atau susu. Kemudian juga ada PMT penyuluhan, itu diberikan setiap bulan setiap pelaksanaan posyandu.”

“Karena itu saya himbau kepada orang tua agar rutin membawa balitanya ke Posyandu agar berat badan balita bisa terus terpantau.sehingga kita tau status gizi anak kita seperti apa,” jelasnya.

Dinas Kesehatan Bondowoso hari ini (8/8) menggelar Sosialisasi Gizi buruk kepada sedikitnya 100 orang peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas gizi seluruh puskesmas. (och)