Tak Kuat Bayar Supplier, BUMN BIP Dituding Pabrik Tipu-Tipu
- 21 September 2020
- 0
BONDOWOSO – Puluhan massa mengruduk pabrik triplek Bondowoso Indah Plywood di Desa Pekauman, Grujugan, Senin (21/9/2020). Massa yang terdiri dari supplier, glandang dan petani menuntut perubahan milik BUMN tersebut melunasi kontrak pembayaran kepada supplier yang sudah jatuh tempo.
Melalui spanduk yang mereka bawa, berbagai ungkapan kekesalan ditujukan kepada salah-satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Salah-satunya menyebut jika ‘Bondowoso Indah Plywood pabrik tipu-tipu, bapak Erick Tohir tolong kami’.
Nanang Sampurno, salah-satu supplier menyatakan telah muak dengan janji manis direksi BIP. Sebab, direksi BIP hampir setahun bisanya hanya umbar janji. Padahal, kontrak pembayaran yang telah disepakati harusnya telah dibayar 15 hari pasca barang produksi masuk.
“Kita semua menagih hak kami yang selama ini telah dibohongi oleh Bondowoso Indah Plywood. Kontrak pembayaran 15 hari, sampai setahun belum dibayarkan. Uangnya kemana?,’ ucap supplier asal Sragen, Jawa Tengah itu usai melakukan demonstrasi.
Menurut Nanang, ada 11 supplier yang uangnya tersendak. Dari sejumlah supplier tersebut diperkirakan BIP mempunyai hutang sekitar Rp. 8,9 Miliar.
“Ada 11 supplier. Dari Sulawasi, Sragen, Banyuwangi, Blitar, Bondowoso, Lumajang,” terangnya.
Dalam aksinya, para supplier melibatkan bebera petani kayu sengon. Dengan tujuan agar petani dapat mengetahui secara langsung bahwa BIP belum membayar atas kayu mereka yang sebagian belum dibayar oleh supplier.
“Karena kita tidak semua bayar cash kepada petani. Makanya kita ingin petani melihat langsung jika kayunya belum dibayar,” terangnya.
Baca Juga : Diduga Karena Puntung Rokok, Lahan Parkir Objek Wisata Kawu Terbakar
Sementara Asisten Direktur PT Indah Karya, Guskaryadi Arief mengatakan, pihak pabrik sudah sering berkomunikasi ke penyuplai dan mengakui bahwa pihak pabrik masih punya hutang.
“Cuma karena kondisi ekonomi saat ini. Kan tahu sendiri, nasional saja minus. Yang rencana kita (pembayaran, jadinya mundur,” katanya.
Pihaknya juga menyampaikan permohonan maaf dan meminta penyuplai bersabar dan memberikan pengertian. “Mereka tak mau tahu, pokoknya harus bayar sekarang,” imbuhnya.
Namun demikian kata dia, pihaknya juga sudah memberikan skenario. Bahwa pabrik melakukan sekma pembayaran, dimana jika uang untuk modal hasil meminjam ke bank. Maka pabrik siap membayar bunganya. “Bukan kompensasi ya, tapi membayar lebih lah. Tapi tidak bisa sekarang,” imbuhnya.
Sebelumnya total tanggungan Rp 9 miliar lebih. Namun sudah terbayarkan Rp sekitar 1,6 miliar. Sehingga sisa sekitar Rp 8 miliar. “Dari 11 supplier itu, sudah ada satu yang kita lunasi,” pungkasnya. (abr)