Susun Roadmap Botanik 2019-2023, Begini Strategi Pemkab Bondowoso
- 13 December 2017
- 1
BONDOWOSO – Gerakan Bondowoso pertanian organik telah memasuki usianya yang ke tujuh sejak pertama kali digaungkan pada 2010 lalu. Saat ini Botanik telah berkembang pada areal seluas 135 Ha yakni di Desa Lombok Kulon kecamatan Wonosari seluas 110 hektar, dan Desa Taal Kecamatan Tapen seluas 25 hektar. Bondowoso juga sekarang tengah menunggu Sertifikasi Internasional terhadap 75 hektar lahan di antaranya.
Ke depan Gerakan Botanik ditargetkan bisa berkembang menjadi 325 hektar pada 2019 di 19 Kecamatan. Selain itu, Pemerintah daerah Bondowoso juga berencana akan meningkatkan nilai tambah beras organik melalui pengembangan Desa Wisata Organik.
Namun demikian, untuk mewujudkan terget tersebut, terdapat sejumlah kendala. Di antaranya, di sepanjang saluran air ada beberapa titik yang masih digunakan untuk MCK. Selain itu, masih ada petani yang membuang kotoran ternak di pinggir jalan.
Belum lagi, proses pasca panen belum memenuhi kaidah FIFO (first in first out), dan fasilitas di Gapoktan juga masih sangat kurang untuk masuk kategori skala sertifikasi internasional atau skala ekspor. Kondisi ini juga semakin diperparah dengan peran koperasi di Bondowoso yang masih sangat lemah.
Hal ini disampaikan oleh Sigit Dwiwahju Banendro, Kepala Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Bappeda Bondowoso, dalam FGD (forum Group Discussion) Gerakan Bondowoso Pertanian Organik, Rabu (13/12), di Aula Sabha Bina 2 Pemkab.
Baca Juga : Lantik 18 Kades, Bupati Amin: Perjuangkan Kesejahteraan Masyarakat
Lebih jauh, Sigit memaparkan konsep pengembangan kluster botanik di Bondowoso juga tersendat karena respon masyarakat Bondowoso tidak terlalu tinggi terhadap inovasi yang dilakukan pemerintah. Penyebabnya, bisa karena SDM (Sumber Daya Manusia) dan kepimilikan lahan yang juga sangat rendah.
“Kendala kita di lapangan dalam konteks agregat pengembangan pertanian organik di Bondowoso, yakni respon masyarakat terhadap inovasi yang dilakukan pemerintah sangat rendah,” jelasnya.
Ke depan, kata Sigit, perlu diupayakan untuk memasyarakatkan MCK komunal, pembuatan penampungan, pengaturan kembali letak setiap tahap processing agar berurut dan memenuhi kaidah, termasuk mengupayakan tambahan fasilitas terutama dari pusat dan provinsi.
“Tentu solusinya yakni melakukan pembinaan secara intensif,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perekomonian, Pemkab Bondowoso, Tofan menjelaskan, kendala-kendala ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pengembangan Botanik ke depan. Utamanya, untuk penyusunan Roadmap Botanik 2019-2023.
“Kemudian kita juga meminta masukan untuk langkah-langkah ke depan, ini juga sebagai bahan masukan dalam rangka penyusunan RPJMD pada masa kepemimpinan selanjutnya,” ujarnya.
Dalam acara tersebut hadir puluhan pelaku pertanian di Bondowoso. Di antaranya PPL, Gapoktan, Poktan, KWT (Kelompok Wanita Tani), Patra (Pelatihan anak Remaja Tani) serta SMK PP Bondowoso.(och)
k.imam soejono
PATRA (PELATIHAN ANAK TANI REMAJA) , maaf meralat yg tercetak