![](https://i0.wp.com/memoindonesia.com/wp-content/uploads/2019/04/IMG-20190429-WA0005.jpg?fit=1040%2C780&ssl=1)
Rakor GOTKI, Dikbud Sebut 10 Persen Anak Usia Dini Belum Terfasilitasi Pendidikan
- 29 April 2019
- 0
BONDOWOSO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso mencatat sekitar 10 persen anak usia dini di wilayahnya belum terfasilitasi pendidikan. Hal ini terlihat dari Angka Partisipasi Kasar Bondowoso berada di angka 89,79 persen.
“Angka Partisipasi Kasar (APK) Bondowoso itu di atas nasional, sudah mencapai 89,79 persen. Ini berkat perjuangan semua pihak, sehingga APK ini sudah bisa tercapai. Artinya, masih kurang lebih 10 persen anak-anak kita belum terlayani,” demikian dijelaskan oleh Kepala Bidang PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Murni, dalam acara Rakor – GOPTKI Kabupaten Bondowoso Tahun 2019, di Pendopo Kabupaten, Senin (29/4).
Ia melanjutkan bahwa sesuai dengan PP Nomer 2 tahun 2018, anak usia 5-6 tahun (Anak usia tujuh tahun kurang satu hari) semua harus mendapatkan layanan pendidikan anak usia dini. Dengan standart pelayanan pendidikan minimal satu tahun.
Karena kondisi inilah, Murni melalui rakor GOTKI mengajak semua pihak terkait untuk melakukan berbagai upaya agar pada 2030 semua anak usia dini di Bondowoso dapat terlayani pendidikan.
“Kita semua tahun karena semua wilayah kita berbukit dan bergunung. Untuk itu berbagai upaya harus kita lakukan dalam rangka 2030 semua anak harus 100 persen terlayani. Mudah-mudahan dalam jangka waktu 10 tahun kurang tujuh bulan ini bisa lakukan sehingga 100 persen anak-anak kita terfasilitasi di pendidikan anak usia dini ini,” ujarnya.
Baca Juga : Satlantas Bondowoso Beri Edukasi Tertib Lalulintas pada Generasi Muda
Sementara itu, Ketua Forum Paud Bondowoso, Siti Maimunah Salwa Arifin, dalam sambutannya, menerangkan bahwa pihaknya mengharapkan dalam Rakor GOTKI ini semua pihak bisa menghasilkan komitmen untuk meningkatkan koordinasi,integrasi, dan sinkronisasi. Baik GOTKI, Dikbud, Forum PAUD, dan Igra secaea prima.
Sehingga bisa terlibat secara aktif dalam meningkatkan angka partisipasi pelayanan pendidikan anak usia dini yang holistik dan integratif.
“Sehingga diperoleh genarasi yang unggul dan berkualitas,” pungkasnya.(och)