Share

BONDOWOSO – Radikalisme hingga saat ini menjadi momok bagi kebhinekaan bangsa. Di berbagai wilayah terus dilakukan upaya antisipasi untuk menangkal masuknya paham-paham radikal. Akan tetapi, selain memikirkan tindakan antisipasi tentunya juga perlu dipahami apa yang menjadi penyebab paham radikal ini bisa tumbuh subur dan bergerak cepat dalam memperluas jaringan kelompoknya.

Dalam Rapat Koordinasi MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Bondowoso dalam rangka Menyikapi Perkembangan Paham Radikal, di Aula Kemenag, Sabtu (17/6), sedikitnya dua narasumber memaparkan secara gamblang apa faktor yang menyebabkan radikalisme bisa berakar di Indonesia.

KH. Saiful Haq menejelaskan bahwa radikalisme ini terjadi karena pemahaman agama yang tidak sempurna dan tidak bijak. Dalam hal ini pemahaman agama di Indonesia, menurutnya tidak bisa disamakan dengan pemahaman negara-negara timur tengah. Ketika pemahaman agama diterapkan di suatu tempat, bisa dikatakan tidak bijak jika tidak sesuai dengan kondisi yang ada sehingga bisa terjadi sesuatu yang bersifat radikal.

Faktor penyebab lainnya yakni kearifan ulama terdahulu yang menjadi suri tauladan dalam mengajarkan islam juga perlahan mulai luntur. “Bagaimana ulama bisa memasukkan nilai-nilai Islam, tapi orang lain bisa menerima. Karena kita tidak bisa berbuat seperti ulama yang dulu. Yakni memasukan nilai-nilai Islam dengan halus dan formal dan bisa diterima oleh semua orang,” jelasnya.

Sementara itu, AKP R Heru Wahyudi, Kasat Binmas Polres Bondowoso dalam pemaparannya menjelaskan berdasarkan data yang dikutip dari INSEP (Indonesian Institute for Society Empowerment) tahun 2016, menyebutkan bahwa aksi teror yang terjadi karena paham radikalisme dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya ideologi agama 45,5 persen, solidaritas komunal 20 persen, Mob Mentality 12,7 persen, balas dendam 10,9 persen, situasional 9,1persen, dan separatisme1,8 persen.

Mengetahui penyebab ini membuat peserta yang hadir siang tadi saling memberikan masukan dalam mencegah agar paham radikal tidak masuk ke Bondowoso. Salah satunya, masukan itu datang dari Anishatul Hamidah, anggota Majelis Ulama Indonesia Bondowoso. Dia berharap agar MUI bisa melakukan upaya sejak dini dalam memberikan pemahaman ideologi yang benar atau moderat kepada generasi muda Bondowoso. Karena menurutnya MUI selaku organisasi masyarakat yang memiliki kontribusi besar, sangat mungkin memberikan masukan kepada pemerintah baik di level lokal maupun pusat terkait permasalahan ini.

 

Baca Juga : Waspadai Penyebaran Radikalisme di Dunia Maya

 

Masukan yang dimaksud bisa berupa pemahaman ideologi yang benar dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan atau memberikan pelatihan kepada guru-guru terkait hal ini.

“Sehingga pemahaman ideologi yang moderat ini sudah bisa kita berikan kepada anak-anak sejak dini. Dan tentunya ini diharapkan bisa menjadi benteng yang kuat dalam melindungi generasi muda dari peham radikalisme,” jelasnya.

Ketua MUI Kabupaten Bondowoso, K. Junaidi Ali, mengatakan bahwa setiap masukan yang disampaikan oleh anggota masih akan dibahas terlebih dahulu di tingkat internal MUI Kabupaten sebelum benar-benar disampaikan kepada Pemerintah Daerah. “Tentunya mereka itu sebenarnya untuk kebaikan dan pengukuhan terhadap NKRI. Semua usulan itu baik dan itu akan ditindak lanjutin dengan MUI kabupaten” jelasnya.

Akan tetapi terlepas dari masukan anggota MUI, Junaidi ali sendiri mengharapkan kedepan seluruh aspek baik pemerintah daerah maupun kepolisian untuk menggencarkan sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang pemahaman ideologi yang benar. (och/esb)