PT.KAI Daop 9 Ajak Anak Muda Bondowoso Nobar Film Perjuangan di Museum Kereta Api
- 23 August 2019
- 0
BONDOWOSO – PT. KAI Daop 9 Jember menggelar nonton bareng anak muda Bondowoso film perjuangan Soekarno berjudul “Ketika Bung di Ende”, Kamis malam (22/8).
Nonton bareng film berdurasi sekitar 90 menit itu dilaksanakan di Museum Kereta Api Bondowoso dalam rangka memperingati kemerdekaan RI ke-74 dan hari jadi ke 3 Museum Kereta Api Bondowoso.
Vice President PT.KAI Daop 9 Jember, Joko Widagdo, menerangkan, bahwa dengan digelarnya nobar film perjuangan yang menceritakan Soekarno ketika diasingkan ke Ende pada tahun 1934 itu, pihaknya ingin memupuk semangat pratriotisme dan persatuan di yang digelorakan para pejuang kemerdekaan kepada anak muda.
“Termasuk juga pemilihan lokasi nobar di Bondowoso Rail and Train Museum tak lain juga untuk mengingatkan bahwa persitiwa sejarah besar juga pernah terjadi di Bondowoso, yakni Peristiwa Gerbong Maut,” tuturnya.
Sebelum itu, kata Joko, pihaknya juga telah menggelar Museum Goes To School (MGTS) ke sekolah-sekolah selama tiga hari pada tanggal 20-22 Agustus 2019. Sedikitnya ada enam sekolah di Bondowoso yaitu SD Muhammadiyah, SDN Dabasah 5, SMP N 3 Bondowoso, MTS N 2 Bondowoso, SMAN 2 Bondowoso dan SMKN 2 Bondowoso.
“Tujuan MGTS ini ya sebagai upaya edukasi, promosi dan publikasi museum
perkeretaapian kepada masyarakat. Harapannya sekolah-sekolah baik kepala sekolah, guru, maupun pelajar dapat mengenal keberadaan Bondowoso Rail and Train Museum sebagai saksi peristiwa
sejarah Gerbong Maut dan tempat belajar yang menyenangkan,” tuturnya.
Baca Juga : Refleksikan Bondowoso Masa Lalu, Mahasiswa Unej Gelar Festival di Pusat Informasi Megalithikum
Sementara itu, Asisten 1 Pemkab Bondowoso Agung Tri Handono yang turut membuka kegiatan tersebut, menambahkan, bahwa keberadaan museum menjadi hal yang penting bagi sejarah perjuangan masyarakat Bondowoso. Artinya bahwa cerita ini jangan sampai hilang sejarah dan jangan sampai dilupakan. Oleh karena itu, dirinya apresiasi atas kegiatan ini.
“Peristiwa gerbong maut itu memang gerbongnya ada di Malang, di Museum Brawijaya, tapi peristiwaanya mulai dari rel ini,” ungkapnya.
Agung mengajak seluruh pihak agar kegiatan tersebut tak selesai disini saja. Akan tetapi perlu dilaksnakan secara bergiliran.
“Barangkali besok-besok di gilir. Pariwisata bisa gelar nobar perjuangan di Museum kereta Api. Gelar Festival Muharrom, Harjabo yang venuenya salah satu di Stasiun ini,” tambah Agung.
Ditambahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Harimas, yang mengaku apresiasi diselenggaralannya nobar film besutan sutradara Viva Westi itu kepada kalangan anal muda. Kegiatan tersenit dinilainya menjadi salahbsatu upaya menanamkan jiwa patritosme pada anak muda.
“Ini salah satu bentuk kegiatan penanaman pendidikan karakter yang paling cepat diingat oleh anak muda,” pungkasnya.(och)