Share

 

BONDOWOSO – SMA Negeri 1 Tenggarang Bondowoso memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan cara yang unik. Komite sekolah mewajibkan seluruh pelajarnya mengenakan pakaian adat berbagai suku bangsa, Senin (29/10). Mulai dari pakaian adat Madura, Jawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan masih banyak ragam lainnya.

Pakaian adat tersebut dikenakan bukan hanya saat upacara. Namun, sembari mengikuti berbagai aktivitas belajar sehari penuh, pelajar-pelajar dari kelas x hingga XII tersebut tetap mengenakan pakaian adat.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tenggarang, Suprihartono menerangkan, dengan peringatan unik demikian diharapkan mereka supaya betul-betul menghayati kembali nilai-nilai sumpah pemuda. Termasuk meningkatkan persatuan dan kesatuan di tengah-tengah ragam suku bangsa. Ini dinilai sangat penting meskipun itu di tingkat sekolah, atau ditingkat kelas sekalipun.

“Paling kecilpun, seperti tidak bisa kompak dengan temannya di kelas itu nanti bisa dipupuk menjadi hal yang tidak menguntungkan untuk masa depan mereka,” ujarnya yang mengenakan pakaian batik dimodel layaknya Pak Sakera itu.

Di samping itu, Ia juga ingin mengajak seluruh pelajar untuk mengaktualisasi bagaimana ketika 1928 pemuda Indonesia mewujudkan sumpah pemuda.

“Supaya mereka betul-betul menjiwai, bahwa sumpah pemuda bukan hanya ucapan saja. Apalagi di jaman milenial ini, sumpah pemuda begitu sangat pentingnya. Karena kalau mereka sudah tidak lagi menghayati sumpah pemuda. Maka, apa yang dikatakan bonus demografi itu nihil,” urainya.

Sementara itu, Della Kamilia Putri, siswa kelas 10 Mipa 2, mengatakan, sangat senang dengan kegiatan khusus yang mewajibkan mengenakan pakaian adat. Karena, bukan hanya bisa belajar mengetahui aneka ragam pakaian adat. Namun, dirinya juga merasa diingatkan kembali akan keragaman suku namun tetap Indonesia.

“Sebagai pemuda Indonesia sekarang harus bisa seperti para pemuda dulu. Tentu sesuai dengan kapasitasnya. Yakni Belajar dengan giat dan membanggakan bangsa dan berani berinovasi,” ujarnya sembari menunjukkan pakaian adat Sulewesi Selatan yang ia kenakan.

Pantauan di lapangan, sebelum melanjutkan aktivitas belajar di dalam kelas. Kelompok Seni Drama SMASGA masih menampilkan drama tentang Sumpah Pemuda. Kemudian, diikuti lomba debat bahasa Indonesia antar kelas X dan XI. (Och)