Share

BONDOWOSO – Penanganan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bondowoso disebut menjadi salah satu super prioritas. Hal ini tak terlepas dari tingginya kasus AKI dan AKB di wilayah tersebut. Terlebih lagi, AKI dan AKB menjadi salah satu indicator yang mempengaruhi angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Namun demikian, penanganan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun Dinas Kesehatan saja. Melainkan perlu ada sinergitas di berbagai lintas sector, tak terkecuali pemerintahan kecamatan hingga desa.

“Makanya karena ini menjadi super prioritasnya kabupaten dalam rangka penurunan AKI dan AKB. Maka disini ini namanya Rencana Aksi Daerah (RAD)nya Kesehatan Ibu dan Anak semua perlu ikut memikirkan ini,” demikian disampaikan oleh Asisten 2 Pemerintah Daerah Bondowoso, Agus Suwardjito usai mengikuti Fasilitasi Penyusunan RAD bidang KIA dan Gizi, di Resto Ijen View, Kamis (25/4).

 

Baca Juga : Hari Otonomi Daerah ke 23, Bupati Salwa : Masyarakat Jangan Hanya Dianggap “Konsumen”

 

Menurutnya, komitmen dari berbagai lintas sector ini nantinya juga akan direalisasikan dalam anggaran di masing-masing OPD.

“Sehingga diskusinya disini ada cross cutting, oh ini loh yang kita butuhkan” tutur Agus pada awak media.

Imron Kepala Dinas Kesehatan, di lokasi yang sama mengaku, bahwa di samping lintas sector, nanti Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) juga turut mensupport. Dukungan yang diberikan bukan dalam bentuk anggaran, melainkan pendampingan secara khusus.

“Lebih kepada penguatan dalam rangka untuk mendetailkan apa yang menjadi persoalan utama Pemkab di bidang kesehatan. Satu terkait dengan masalah AKI dan AKB, kemudian stunting, akses jamban atau ODF,” ujarnya.

Salah satu juga yang nantinya akan dibantu Kompak, yakni pembuatan Aplikasi Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) 4.0. Aplikasi yang nantinya diharapkan bisa diakses dengan mudah oleh tenaga kesehatan hingga tingkat desa, yang turut memantau ibu hamil dan melahirkan maupun bayi dan balita di berbagai wilayah Bondowoso.

Rifki, Perwakilan Kompak di Bondowoso, menerangkan, ranah intervensi dari Kompak, yakni lebih kepada persoalan di hulunya, yaitu di masyarakatnya.

“Masalah kematian ibu ini kan lebih banyak, karena deteksi awalnya yang kemudian sangat terlambat. Dulu ada program yang namanya desa Siaga, yang melibatkan PKK, melibatkan Kades, kelompok pengajian yang responsive terhaap ibu hamil. Itu yang coba kemudian dioptimalkan oleh Kompak. Tidak hanya sosialisasi tapi juga uji cba P4K di beberapa desa, tapi belum kita putuskan bersama Dinkes. Itu yang kemudian mejadi poin yang diminta dukungan oleh Dinkes,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan bahwa Dinas Kesehatan Bondowoso menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi.

Tercatat, hingga 24 April 2019 telah terjadi 42 kematian bayi dan sembilan kematian ibu. Sementara pada 2018 terjadi 19 kematian ibu dan 172 kematian bayi.

dr.Titik Erna Erawati, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan, di Resto Ijen View, Rabu (24/4), mengatakan, melalaui RAD ini pihaknya memetakan beberapa permasalahan penyebab AKI dan AKB. Pertama permasalahan di fasilitas kesehatan di tingkat lanjutan dan pertama, dalam hal ini Puskesmas dan jaringan, serta permasalahan di masyarakat.(och)