Pemuda Ogah Jadi Petani Karena Hidupnya Susah
- 16 September 2017
- 0
BONDOWOSO – Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris. Namun ironisnya, saat ini banyak kebutuhan pangan, mulai dari buah, gula, beras, bahkan garam, impor dari negara lain. Ini disebabkan karena lahan pertanian mulai berkurang, dan produksinya juga menurun. Selain itu tenaga pertanian pun mulai berkurang,
Ahmad Nawardi, Ketua HKTI Provinsi Jawa Timur, saat memberikan sambutan dalam Musyawarah dan Pelantikan Dewan Pimpinan HKTI Kabupaten Bondowoso, di Pendapa Bupati, Jum’at (15/9), mengatakan menurunnyan tenaga pertanian ini karena banyak generasi muda yang enggan bekerja sebagai petani. Mereka banyak berlomba-lomba pergi ke kota mencari pekerjaan yang lebih layak.
“Hal ini diwajari karena lahan pertanian di kita sangat kecil. Setiap petani di tempat kita hanya punya setengah sampai seperempat hektar. Beda di China. Kalau di China itu seorang petani bisa punya lima hektar lahan,” ungkap Nawardi.
Baca Juga : Mahfidz Terpilih Secara Aklamasi Pimpin HKTI Bondowoso
Hal senada juga disampaikan oleh, Sofyan Sawri, Ketua Koordinator Bidang Pangan dan Holtikultura HKTI Provinsi Jawa Timur. Ia mengatakan bahwa saat ini tak banyak generasi muda yang bangga jika berprofesi sebagai petani atau jika orang tua mereka adalah petani. Karena, banyak pemuda menilai petani hidupnya susah, dan tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah.
Untuk itu ke depan, kata Sofyan, ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi HKTI Bondowoso untuk bisa terus memberikan semangat positif kepada petani maupun generasi penerus petani.
Sementara itu, Ahmad Nawardi, mengatakan ke depan Indonesia membutuhkan tenaga terampil, bukan hanya petani yang yang mau bertani, tapi juga petani yang cerdas. Petani yang cerdas di sini maksudnya mampu memproduksi dengan sebanyak-banyaknya dengan ilmu yang ada. Serta mampu menjual hasil pertaniannya tanpa lewat tengkulak. (och)