Pemuda Desa Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat
- 11 June 2017
- 0
JEMBER– Achmad Kusnandar, pemuda sederhana dan murah senyum ini sukses menggerakkan perekonomian di desanya. Pemuda yang lahir pada 15 juni 1983 ini akrab dipanggil Nandar tinggal di Dusun Gumuk Gebang, RT/RW 38/24, Desa Nogosari, Kecamtan Rambipuji. Dengan kesuksesan Nandar ini warga di sekitarnya bisa menikmati hasil usaha sederhanya yang berkembang menjadi nilai ratusan juta rupiah.
Nandar, putra dari pasangan Subari dan Misnati ini menekuni keahliannya membuat mesin sangrai kopi dan mesin pengolahan cokelat, dari harga yg sederhana hingga ratusan juta rupiah. Dia terlahir di Jember dari tiga bersaudara, sebelum pemuda ini menekuni keahliannya, yang menuai kesuksesan hingga seperti sekarang, beberapa pengalaman dan lika-liku telah ia lalui.
Pemuda desa ini, memulai pendidikannya berawal dari SMAN 1 Ambulu, dan Nandar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Islam Jember (UIJ), mengambil jurusan Agroteknologi S1.
Melanjutkan kuliahnya, Nandar juga bekerja sebagai wiraswasta manufactur technologi tepat guna, sekitar 10 tahun. Dari pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan tersebut pemuda kelahiran Jember ini mempunyai bisnis penggiling kopi dan cokelat dari yang sederhana hingga mempunyai nilai yang fantastis.
Baca Juga : PMI Jemput Warga Bondowoso yang Terlantar di Jember
Awal Tahun 2015, Nandar memilih berhenti dari pekerjaannya, dan memulai kariernya dari keahliannya sewaktu dia bekerja dulu, dengan ciri khas yang ada pada dirinya. Nandar sosok pemuda yang murah senyum, kepribadianya yang sangat sederhana ini, dia optimis memulai kariernya dengan modal seadanya. Setelah beberapa proses yang dialami, ia dapat mengerjakan tugasnya untuk membuat mesin sangrai kopi yang sangat sederhana, dan Nandar terus membuat sebuah inovasi dari keahlian yang ia miliki, menciptakan berbagai mesin yang hasilnya sungguh menakjubkan.
Nandar menjelaskan, proses berjalan dan pembuatnya melalui berbagai rintangan yang sukses dilaluinya.
“Saat ini saya dan para karyawan yang ada membuat mesin mulai dari pengupasan kopi basah (PALPER), mesin pencuci kopi setelah dikupas (Washer), mesin pengupas kulit tanduk ( Huller), mesin pensortir kopi ( Sortasi), mesin penggiling (Rosting), hingga mesin proses untuk kopi bubuk, ( Grinder),” terangnya.
Nandar menambahkan, mesin-mesin tersebut yang telah kita produksi mampu menggiling Kopi dari 1/2 Kg hingga 50 Kg, dari harga 3 juta hingga 35 juta per mesinnya. Selain itu, kami juga membuat mesin penggiling dan pemrosesan pembuat cokelat hingga jadi dan siap konsumsi. Mesin tersebut kita jual fullset ( lima mesin), plus pelatihannya dengan harga 100 juta.
“Mesin-mesin yang sudah kami buat pasarnya sudah ke luar jawa, Aceh dan Kalimantan,” tambahnya.
Selain visi dan misi untuk mengembangkan keahlian dan menangkap peluang pasar, yang saat ini kebanyakan Indonesia masih menggunakan mesin teknologi dari luar.
“Kami juga menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat pengangguran dan memberikan peluang terhadap warga sekitar untuk dapat memproduksi berbagai macam kopi, yang tujuan utama lari ke arah pemberdayaan,” pungkasnya. (mam/ron)