Share

SITUBONDO – Program pembangunan sumur bor air dangkal untuk mengairi sawah petani di 11 titik kabupaten Situbondo diduga terancam gagal.

Pasalnya, telah berjalan dua bulan beberapa pengeboran sumur bor di beberapa desa masih belum menunjukkan tanda-tanda sumber air.

Seperti yang terjadi di Desa Mlandingan Wetan, Kecamatan Bungatan, dan Desa Kali Anget, Kecamatan Banyuglugur.

Diakui oleh salah seorang pekerja di lokasi pengeboran Desa Mlandingan, Kecamatan Bungatan yang enggan disebutkan namanya.

Ia mengaku pengeboran di wilayahnya sudah berjalan hampir dua bulan lamanya. Bahkan sudah empat kali pindah lokasi. Namun belum ada hasil yang diinginkan.

“Sampai pengeboran melakukan pengeboran kedalaman puluhan meter. Namun masih gagal karena pengeboran terganjal batu batu besar di dalam, sehingga peralatan tidak mampu menembusnya,” katanya.

 

Baca Juga : PAD Bondowoso Menyusut Hingga Rp. 24 Miliar

 

Sementara itu, Ketua HIPPA Desa Kali Anget, Kecamatan Banyuglugur, Sukardi, menerangkan, bahwa pengeboran di lokasinya juga mengalami hal yang sama. Yakni pengeborannya belum juga keluar air.

Padahal, katanya, telah membayar uang muka sebesar Rp 8 juta rupiah.

“Pekerjaan belum selesai tukangnya sudah pindah ke tempat lain. Sedang masa waktu pengerjaannya sudah habis sejak bulan Agustus lalu. Jadi masa jangka waktu pengerjaannya sudah habis,” jelasnya.

Ia mengaku rumah pompanya sudah di bangun sementara sumur air bornya tidak keluar air .

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pertanian Situbondo, Ir. Sentot di konfirmasi di ruang kerjanya mengatakan, dana program tersebut telah dikucurkan ke ketua kelompok HIPPA khususnya yang menerima bantuan tersebut.

Di sisi lain, pihaknya juga telah memberikan sosialisai agar sebelum titik air yang ditentukan keluar airnya. Sebaiknya membangun rumah kompanya terlebih dahulu.

“Jika bangunan rumah sumur bor di bangun duluan, lalu air sumur bornya tidak keluar. Maka biaya bangunan, resiko ditanggung kelompok HIPPA masing masing,” pungkasnya.

Informasi dihimpun menyebutkan bahwa pengeboran yang pengelolaanya di lakukan oleh Ketua Kelompok Tani bersama Himpunan Petani Pemakai Air ( HIPPA ) dengan anggarn masing-masing mencapai sekitar Rp 114 juta itu.

Dengan peruntukan biaya pengeboran sumur air dangkal, mesin penyedot air serta rumah pompa mesin penyedot air.(her/och)