Share


BONDOWOSO
– Kesenian Ronjengan menjadi salah suguhan yang selalu dinanti tiap tahunnya, dalam acara Ziarah Makam Ki Ronggo di setiap peringatan Hari Jadi Kota Bondowoso. Kesenian Ronjengan selalu ditampilkan untuk menyambut kedatangan Bupati dan jajaran Forpimda.

Di kesenian Ronjengan ini, sekitar enam perempuan bermain kotekan, dengan memukulkan gentong (kayu dengan panjang sekitar 100 cm) ke ronjengaan (kayu yang berbentuk panjang yang digunakan untuk menumbuk padi), dari kotekan tersebut terdengar suara yang menarik.

Namun sangat disayangkan, kesenian Ronjengan yang disebut merupakan kesenian asli Bondowoso ini, hanya bisa disaksikan pada saat peringatan harjabo tiap tahunnya. Sangat jarang sekali ditemui di acara-acara pernikahan, sunnatan, maupun acara pemerintah. Tak pelak, hal ini mengundang kekhawatiran Mulyana, pelatih sekaligus pemain kesenian Ronjengan.

 

Baca Juga : Pelajar Bondowoso Antusias Sambut Kirab Bupati

 

“Kesenian ini warisan nenek moyang, asli ini dari Bondowoso. Kalau dulu biasanya bisa liat diacara nikahan, sunnatan, sekarang cuma setahun sekali, ya cuma acara ziarah makam ini,” ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya sangat khawatir kesenian tradisional ini justru akan punah. Terlebih ketertarikan anak muda akan kesenian Ronjengan ini juga tidak terlalu tinggi.

“Ya paling cuma sedikit yang ikut-ikut kalau latian itu di kecamatan.

“Sekarang Disparpora itu mewajibkan setiap desa ada kesenian ronjengan. Mudah-mudahan ini benar-benar dilakukan.

“Saya berharap kesenian ronjengan ini bisa dilestarikan oleh anak-anak muda di Bondowoso dengan digalakkan oleh pemerintah. Ya juga kalau bisa mainnya bukan cuma setahun sekali seperti sekarang tapi kalau ada acara-acara itu,” pungkasnya. (och)