Masyarakat Bondowoso Keluhkan Sulitnya Gas Melon, Ini Penjelasannya
- 30 May 2019
- 0
BONDOWOSO – Sejumlah masyarakat di Bondowoso mulai mengeluhkan sulitnya membeli gas elpigi 3 kilogram dalam dua hari terakhir sejak Rabu (30/5) menjelang lebaran.
Seperti disampaikan Syair, Pengusaha Jamur di desa Jambeanom, Kecamatan Jambesari Darusolah. Kepada Memo Indonesia, Kamis (30/5), Ia mengaku terpaksa menggunakan tungku untuk mengukus bag log jamur yang akan dijualnya. Padahal, saat ini usaha jamur tiram yang telah digelutinya sejak dua tahun terakhir tengah banyak pesanan.
“Malahan tidak ada tadi. Biasalah kebutuhan menjelang lebaran meningkat. Lagu lama sih sebetulnya,” katanya.
Senada disampaikan oleh. Ibu Sri Wahyuni, di dusun Jatian, desa Koncer Kidul, Kecamatan Grujugan. Ibu rumah tangga satu anak ini, mengaku bahwa rela mengeluarkan gocek lebih hingga Rp 22ribu untuk membeli gas elpigi.
“Ya tidak papa walaupun mahal. Mudah-mudahan ini tidak lama. Bentar lagi kan sudah musim-musimnya orang selametan untuk lebaran,” ujarnya.
Sementara itu, Suhartono, Kepala Bidang Perdagangan dan Usaha, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan, mengatakan, bahwa sebenrnya kelangkaan terjadi bukan karena barang tidak ada. Melainkan terjadi keterlambatan pengiriman.
Penyebabnya, karena di pihak SPBE mendapatkan tambahan kuota ke agen-agen. Dimana setiap agen mendapatkan tambahan sekitar 560 tabung untuk memenuhi kebutuhan jelang lebaran. Sehingga proses pengisian lebih lama. Adapun satu SPBE di Bondowoso sendiri menspullay untuk sekitar delapan agen.
“Jadi dari SPBE ke agen itu agak terlambat kemarin. Jadi keterlambatan itu kemarin pada distribusi dari pengecer ke agen untuk tabung gasnya, sama pengisiannya. karena pengisian keterlambatan karena ada tambahan kuota,” ujarnya.
Baca Juga : Bupati Salwa Bukber 500 Anak Yatim dan Dhuafa
Di samping itu, terjadi peningkatan konsumsi gas elpigi di tengah-tengah masyarakat, khususnya pelaku usaha home industri. Adapun kebutuhan elpigi se kabupaten Bondowoso, yakni mencapai 15ribuan tabung per hari.
“Ini lebih dari kebutuhan pokoknya masyarakat. Warung-warung itu dengan adanya lebaran ini, produksinya kan tambah biasanya dua tabung, sekarang mencapai empat sampai lima tabung. Home industri-home industri itu loh. Kalau rumah tangga tidak,” katanya,
Karena itulah, Hartono panggilan akrabnya, menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir dan “kalab” membeli gas elpigi. Karena sebanrnya jumlah gas melon di Bondowoso masih memadai. Dan juga telah mendaptkan tambahan.
Joko Rudi, Wakil Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) se-Besuki, menuturkan hal serupa. Bahwa memang sebenarnya stok gas melon di Bondowoso aman. Bahkan Pertamina menyediakan elpigi lebih, dari alokasi harian Bondowoso yang mencapai per bulan 429ribu, atau sekitar 17.160an tabung per hari, mendapat jatah tambahan sekitar 8%. Jadinya kalau dialokasikan tiap harinya ada penambahan 1.360 tabung.
“Stok kita tetap aman. Karena ada penambahan sehingga di SPBEnya itu layanannya tetap, karena ada penamabhan ototamis jadi agak banyak kerjaan, karena kan banyak,” katanya.
Menurutnya, Pertamina dan Hiswana mIgas sebenarnya juga telah memebntuk Satgas Rapi (Ramadan dan Idul Fitri), dan pangkalan siaga yang bertugas untuk memonitoring ketersedian elpigi selama ramadan dan idu fitri.
“Pangkalan siaga itu diberi lebih tapi harus membuka pada saat hari lebaran. Di Bondowoso masing-masing agen itu paling tidak ada 20 sampai 25 pangkalan yang disediakan pangkalan siaga. Baik di SPBU juga ada. aklau untuk di Bondowoso sekitar 50 pangkalan siaga,” katanya.
Karena itulah, pihaknya mengharapkan masyarakat tidak perlu khawatir dan “panic buying” untuk kebutuhan gas melon.
DItanya perihal harga di beberapa toko yang melambung tinggi, mantan Ketua Panwaskab Bondowoso itu, mengaku bahwa harga dari agen hingga ke tingkat pengecer tetap Rp 16ribu per tabung sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Tentu pengecer yang dimaksud adalah toko-toko yang memang merupakan binaannya, dengan ciri-ciri bahwa telah ada banner dari Pertamina. Manakala, di tingkat pangkalan tersebut menjual di atas HET maka, pihaknya pun pasti akan memberi sanksi. Yakni tidak akan mendapatkan kiriman selama tiga bulan ke depan.
“Kalau di tingkat pangkalan yang ada bannernya itu harga Rp 16ribu sesuai HETnya, di luar itu kita tidak bisa memantau karena ada namanya tengkulak ya, dia beli di toko dia jual lagi. Bukan wilayah agen. Agen hanya membina kepada pangkalan,” pungkasnya.(och)