Lestarikan Kesenian Lokal, Pemdes Glingseran Gelar Ojung
- 15 September 2019
- 0
BONDOWOSO – Pemerintah Desa Glingseran, Kecamatan Wringin menyuguhkan tarian ojung dalam rangkaian selamat desa, Minggu (15/9).
Ratusan warga tumpah ruah menikmati atraksi kesenian asli dari desa Banyuwulu dan Gubrih itu. Saat menyaksikan ojung, tampak warga desa Glingseran ngeri karena aksi para pemain ojung yang saling memukul dengan rotan.
Sulaedi, Kepala Desa Glingseran, mengatakan, bahwa sengaja dalam selamatan desa mengangkat budaya kesenian lokal. Hal ini untuk mengajak masyarakat sekitar, utamanya anak muda, agar lebih mengenal kesenian lokal dan melestarikannya.
Terlebih, tarian ojung ini hanya bisa disaksikan di acara-acara tertentu saja. Jadi menjadi penting untuk terus diperkenalkan kepada anak muda.
“Ini perlu dilestarikan dan terus diperkenalkan pada anak muda yang menjadi penerus bangsa,” Katanya.
Umar, salah seorang Pemain Ojung, mengaku bahwa saat ini di desanya mulai banyak anak muda yang ikut belajar ojung. Terlihat dari beberapa pemain juga yang ikut bermain dalam selamatan desa Glingseran ini.
“Mereka ikut latihan memang. Soalnya kan harus mempelajari gerakan-gerakan dan peraturan memukul dengan rotan,” Tutur pria yang sudah lebih dari 10 tahun bermain ojung.
Baca Juga : Basarnas Perluas Pencarian Nenek Aryami
Diterangkannya, bahwa ojung ini adalah tarian sakral untuk meminta hujan. Saat ini bahkan untuk memainkan tarian ini setiap pemain biasanya harus merapalkan mantra agar saat beraksi saling memukul dengan rotan, mereka tak merasakan sakit.
Sebelum itu, kata Pak Umar, mereka juga harus berpuasa untuk kesiapan fisik mereka. Tak minum, tak makan mulai sejak Maghrib hingga subuh, sehari menjelang tampil.
“Terkadang, jika hendak tanding dengan desa lain, rotan yang akan dipakainya masih juga dibawa ke orang pintar agar lebih kuat,” Katanya.
Pantauan di lapangan, selain penampilan kesenian lokal juga dilaksanakan penyerahan tali asih bagi puluhan anak yatim dari Kades dan Alumni SMP N 2 Bondowoso. Usai itu, anak-anak yatim tersebut kemudian diarak dengan menaiki kuda mengelilingi desa. Berikut suguhan kesenian ludruk.(och)