Share

SITUBONDO – Anggota DPRD Situbondo dari Fraksi Partai Demokrat Toton Beni Martono S.Kep, mengapresiasi langkah cepat Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat yang turun ke SD IsIam Al Abror begitu ada kabar 20 siswa-siswi di sekolah tersebut terpapar cacar monye tatau monkeypox. Sehingga, bisa dipastikan bahwa para siswa-siswi itu ternyata terpapar cacar air biasa.

“Saya legislator Demokrat yang InsyaAllah ditugaskan sama partai di Komisi IV, tentunya mengapresiasi langkah cepat dinas kesehatan yang turun ke sekolah itu untuk memastikan bahwa itu bukan cacar monyet tetapi cacar air,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPC Partai Demokrat Situbondo, Rabu, 11 September 2024.

Lebih lanjut, Toton menyampaikan, cacar monyet terbilang penyakit langkah. Ia pun ragu bahwa kasus di SD IsIam Al Abror tersebut adalah cacar monyet.

“Cacar monyet ini kan pertama ditemukan di Afrika sana, penularannya itu melalui air liur, keringat pokoknya sejenis cairan yang ada di tubuh orang yang diserang penyakit tersebut. Dan kejadiannya itu sangat langkah, yaitu satu berbanding seribu lima ratus orang, itu pun kalau ada yang pernah ke Afrika sana,” tegasnya.

Pria asal Desa Gunung Putri, Kecamatan Suboh ini menyampaikan, penyakit cacar air disebabkan oleh virus, sehingga mudah menular ke siswa-siswi SD IsIam Al Abror. “Apalagi cuaca di Situbondo ini panas ya dan adanya siswa yang terpapar cacar air nah itu cepat menular ke yang lain,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Situbondo dr. Sandy Hendrayono membantah 20 siswa-siswi SD Islam Al Abror terpapar virus cacar monyet.

Menurutnya, puluhan siswa-siswi SD Islam Al Abror itu terpapar cacar air. “Itu bukan cacar monyet, tetapi itu cacar air biasa,” ujarnya.

dokter Sandy menyampaikan, begitu ada kabar 20 siswa-siswi SD Islam Al Abror diduga terpapar cacar monyet, pihaknya menerjunkan Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan. “Itu kami lakukan untuk memastikan itu bukan cacar monyet, kami melakukan penyelidikan entomologi untuk memastikan penyakit apa yang terjadi di sekolah itu,” tambahnya.

Mantan Direktur RSUD Asembagus ini menyatakan, dari gejala-gejala penyakit ada dan foto-foto siswa-siswi SD IsIam Al Abror bahwa itu penyakit cacar air. “Gejala awal itu timbul seperti disulut rokok ya, kemudian ruam-ruam, demam dan anaknya itu lemas. Ini cacar air,” tegas Kepala Dinkes Situbondo.

Ia pun meminta kepada wali murid yang anaknya terpapar cacar air untuk menjaga kebersihan. Sebab, cacar air disebabkan oleh virus, sehingga penularannya sangat cepat.

“Siswa-siswi yang sakit sementara di rumah saja, tidak sekolah dulu sampai betul-betul sembuh. Kalau ada gejala apapun segera menghubungi petugas kesehatan di Puskesmas. Jadi kami mohon laporannya biar kami bisa memantau penyebaran penyakit ini,” terangnya.

Dinkes Situbondo, kata dokter Sandy, juga sudah melakukan intervensi dengan cara memberikan obat-obatan yang dibutuhkan. “Misalnya demam ya kami kasih obat penurun demam, kalau ada infeksi kami kasih anti biotik, terus kami kasih vitamin untuk mempercepat proses penyembuhannya,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, 20 siswa-siswi SD Islam Al Abror Situbondo diduga terpapar virus cacar monyet atau monkeypox. Akibatnya proses belajar mengajar di sekolah itu dilakukan via online atau daring sejak tanggal 10-14 September 2024. Tujuannya agar penyakit tersebut tidak menular kepada siswa-siswi lainnya.

Salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan identitasnya mengatakan, siswi-siswi SD Islam Al Abror memberlakukan belajar daring selama lima hari. Sejak hari Selasa hingga hari Sabtu.

“Selama lima hari anak-anak SD Islam Al Abror tidak masuk sekolah. Pihak sekolah memberlakukan belajar via daring di rumah masing-masing,” ujarnya, Selasa, 10 September 2024 sore.

Baca Juga : Ratusan BPD dari 4 Kecamatan Diperpanjang Masa Jabatannya Hingga 2027

Selama di rumah, kata dia, peserta didik fokus untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kemudian, anak-anak di himbau untuk menjaga kesehatan dan menghindari kontak langsung dengan siswa yang diduga terjangkit virus cacar monyet.

“Jadi anak-anak yang terpapar ataupun tidak terpapar penyakit cacar ini diminta pihak sekolah untuk tidak kemana-mana. Maka hanya fokus pada pembelajaran yang diberikan guru dan tugas sekolah,”imbuhnya.

Ia melanjutkan, pembatasan aktivitas di luar rumah itu untuk mencegah penyebaran virus cacar. Sehingga tidak ada masyarakat yang tertular.“Virus cacar menular. Namun secara pasti dia menularnya melalui cara apa saya tidak tau. Cuman gurunya bilang sseperti itu,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala SD Islam Al Abror Situbondo, Sandy Arief Ariana, membenarkan siswa-siswinya terpapar penyakit cacar. “Ya mas benar. Ada siswa yang sakit cacar sampai 20 orang lebih. Siswa yang terjangkit itu tersebar di masing-masing kelas, mulai dari kelas satu sampai kelas enam,”ucapnya.

Dia menceritakan, bahwa semula siswa yang terjangkit virus cacar tidak banyak. Hanya terjadi di salah satu ruangan kelas saja. Namun seiring bejrlannya waktu, virus tersebut juga menimpa peserta didik lainnya.

“Kami masih belum tau penyebab awalnya, cuman ketika diselidiki ada salah satu siswa sakit yang ijin kemudian masuk sekolah, lalu ijin lagi karena sakit. Setelah mencari informasi, ternyata yang bersangkutan sakit cacar,”jelasnya.

Sandy menduga, bermula dari siswa itulah yang membuat virus cacar itu menyebar kepada peserta didik lainnya. Akan tetapi dirinya masih mencari keterangan lain untuk mengetahui penyebab awal virus tersebut ada di lingkungan sekolah.

“Namun saya tidak tau apakah siswa itu bawa dari lingkungan rumah ke sekolah atau seperti apa saya masih belum tahu pasti,” tutupnya. (Ozi)