KONI Situbondo Kembangkan Sport Science
- 7 April 2017
- 0
Situbondo – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Situbondo, Jawa Timur
mulai mengembangkan para atlet semua cabang olahraga (Cabor) dengan
menggunakan metode “sport science” atau pengembangan atlet lewat kajian
ilmu pengetahuan.
Sport science merupakan peningkatan atlet olahraga berprestasi melalui
kajian ilmu pengetahuan. “Divisi Gizi di KONI Situbondo kan baru terbentuk
mulai tahun ini. Jadi dengan begitu, mulai tahun ini juga laksanakan
kegiatan program pengembangan dan peningkatan prestasi semua cabang
olahraga dengan cara sport science ini,” ujar Ketua KONI Situbondo, Reno
Widigdo di sela acara Seminar Gizi Kebugaran Untuk Olahraga Prestasi di
Aula Pemkab Situbondo.
Reno menjelaskan, dalam metode sport science terdapat tiga bidang. Di
antaranya fisiologi yang berkenaan dengan peningkatan fisik atlet dan
mempelajari bagaimana tubuh dalam merespon serta adaptasi selama latihan
Selain itu, katanya, fisiologi dapat membantu atlet untuk mengukur kekuatan
maupun kelemahannya lewat uji kebugaran serta mengembangkan teknik
pelatihan guna pengoptimalan adaptasi.
“Selain fisiologi juga ada yang namanya psikologi bagi atlet guna
mengetahui motivasinya dan kepercayaan atlet untuk meraih prestasi lebih
baik dan lebih konsisten, dan juga untuk mengembangkan mental skill yang
diperlukan dalam olahraga,” paparnya.
Sedangkan biomekanika dalam metode sport science, lanjut dia, yaitu
kaitannya dengan analisa terkait dengan gerakan tubuh dan hal itu juga
merupakan sarana untuk menguji interaksi antara atlet dengan peralatan
olahraga yang digunakannya. Tujuannya untuk mendapatkan teknik terbaik
dalam peningkatan prestasi olahraga.
“Olah karena itu hari ini kami (KONI Situbondo) menggelar Seminar Gizi
Kebugaran Untuk Olahraga Prestasi dengan mendatangkan narasumber dari
Asosiasi Nutrisi Olahraga Kebugaran Indonesia (ANOKI),” ucapnya.
Sementara Ketua Asosiasi Nutrisi Olahraga Kebugaran Indonesia (ANOKI)
Murry Kuswary menyampaikan bahwa masalah yang sering kali dihadapi para
atlet yaitu mulai dari rendahnya pengetahuan tentang gizi bagi atlet maupun
pelatih.
“Terbatasnya tenaga nutrisi olahraga dan juga kebiasaan jelek para atlet
dan susahnya mendapatkan pilihan pada makanan sehat,” katanya. (esb)