Share

BONDOWOSO – Belasan anak muda di RT 22, 23, dan 24 lingkup RW 08 Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso menggelar aksi drama kolosal yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada Sabtu, (17/8).

Drama kolosal tersebut diperankan oleh anak-anak warga desa setempat yang masih berusia SD dan SMP. Senjata mainan plastik digunakan untuk properti drama dalam adegan tembak menembak.

Tak lupa, beberapa pemain yang mengenakan seragam sekolah untuk pejuang dan seragam pramuka untuk pihak musuh, dicat berwarna merah sebagai tanda darah.

Tampak pula, adegan perang antara kaum penjajah dan para penjuang Indonesia.  Di akhir drama kemudian, seorang pahlawan dengan luka parah, memegang bendera merah putih. Kemudian mengibarkannya di hadapan puluhan peserta drama lainnya.

Sontak, bagian akhir cerita membuat sebagain warga berkaca-kaca. Karena tak kuasa menahan haru, perjuangan para pahlawan kala itu.

 

Baca Juga : Gelar Upacara Dekat Tanah Makam, Peserta Upacara Kenakan Pakaian Sehari-hari

 

Sebagaimana disampaikan oleh Yuyun Kristanti. Warga RW 08, yang mengaku bahwa dirinya seolah dibawa flash back pada masa yang sebenarnya tak bisa dibayangkan mencekamnya, dan menakutkannya peperangan. Serta semangat juang para pahlawan.

“Saya tidak melihat langsung memang peperangan kala itu. Tapi disini, saya memetik pesan bahwa memperoleh merdeka itu penuh tetesan darah para pejuang. Ini harus diisi dengan hal yang baik-baik demi cita-cita pahlawan,” katanya.

Novela Yuni Pangistu, Produser Drama Kolosol Kemerdekaan di RW 08, Desa Kembang, mengatakan bahwa sebenarnya drama serupa pernah dimainkan saat malam resepsi agustusan tahun lalu. Namun, kali ini ditampilkan kembali.

“Bukan apa, ini untuk mengajak masyarakat Kembang khususnya untuk mengingat perjuangan pahlawan. Ujungnua jadi termotivasin untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif untuk Indonesia,” pungkasnya.

Sebelum drama kolosal, tampil sejumlah aksi anak cilik berusia 3-4 tahun mengenakan pakaian adat madura yang diikuti dengan menari. (Och)