
Kasus TBC Tembus Ratusan, Dinkes Bondowoso Gandeng 3 NGO Gerebek Investigasi Kontak Erat
- 16 March 2022
- 0
BONDOWOSO – Kasus konfirmasi positif TBC (Tuberkulosis) di Bondowoso menyentuh angka hingga 900 orang, dan 54 di antaranya meninggal dunia sepanjang 2021. Jumlah ini merupakan hasil deteksi terhadap 2.800 orang.
Sementara untuk tahun 2022 sendiri, per tgl 16 Maret, dari suspect 1227, ada 155 kasus konfirmasi TBC. Dan empat orang di antaranya meninggal dunia.
Semuanya pasien ini tersebar merata di 23 kecamatan, dengan rentan usia pasien rata-rata 15-45 tahun.
Demikian dijabarkan oleh Goek Fitri Purwandari, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Bondowoso, Rabu (16/3/2022).
Tingginya kasus ini, kata Goek, disebabkan oleh penderita yang tidak berobat sesuai standart. Karena biasanya masyarakat penderita, baru dua bulan konsumsi obat dan merasa nyaman. Mereka langsung berhenti.
“Padahal harus terus minum obat, minimal enam bulan,” ujarnya.
Selain itu, juga masih kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Melihat itu, bersama 3 NGO yang terdiri dari Yapikma, SSR Yabhysa, serta Pokja TBC/HIV, pihaknya terus berkolaborasi melakukan pemeriksaan di Pondok Pesantren, penyuluhan, investigasi kontak, dan gerebek TBC.
Salah satunya, menggelar gerebek investigasi kontak erat di dua desa, yakni Desa Dadapan dan Grujugan Kidul, Kecamatan Grujugan yang dilaksanakan pada 16 dan 17 Maret 2022.
Kemudian, juga akan melakukan screening di Ponpes Al Islah, Kecamatan Grujugan, dan Lapas Klas II B, yang masing-masing pada tanggal 24-31 Maret 2022.
“Ini semua juga merupakan rangkaian peringatan Hari TBC sedunia,” ujarnya di tengah-tengah gerebek investigasi kontak erat di Desa Dadapan.
Ia menerangkan, investigasi kontak erat sendiri dilakukan terhadap 20 hingga 25 orang yang berada dalam satu lingkungan dengan pasien TBC. Termasuk, pihak keluarga pasien.
Terhadap mereka, pihaknya kemudian melakukan screening, yakni dengan memeriksakan dahaknya di Puskesmas yang memiliki TCM (Tes Cepat Molekuler) yang ada di Maesan, Tenggarang, Prajekan, dan RSU.
Baca Juga : Tinjau Pabrik Migor, Kemendag Gandeng Polri Akan Tindak Tegas Mafia Migor
“Kalau dia terdeteksi TBC maka dia wajib datang ke Puskesmas untuk diobati. Semua pengobatannya gratis,” kata Goek.
Semua kader di tiga NGO itu, serta Kader Dinas Kesehatan, kata Goek, melakukan pendampingan, dan investigasi kontak. Bahkan, mereka juga turun langsung mengirim obat, dan mengkonseling pasien.
“Kita target utamanya adalah, memperbanyak spesimen yang diperiksa untuk terdeteksi apakah spesimen itu positif TBC atau tidak. Jadi temukan sebanyak-banyak suspect,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua SSR (Sub-sub Recipien) Yabhysa, Hijrotul Illahiyah, menerangkan, selama berkolaborasi dalam penanganan TBC di Bondowoso, pihaknya menerjunkan 72 kader aktif yang tersebar di 18 kecamatan.
Mereka ini melakukan penemuan kasus TBC di hampir 20 wilayah di kecamatan-kecamatan itu.
“InsyaAllah akan kami usahakan bisa cover se Kabupaten Bondowoso,” katanya.
Para kader ini turut aktif melakukan investigasi kontak. Jemput bola. Bahkan menyisir dari rumah ke rumah.
“Selain penemuan kasus melalui investigasi kontak, teman-teman Kader juga biasa mengantarkan spesimen dahak ke Puskesmas, mereka juga melakukan pemantauan, pendampingan ppengobatan pasien sampai sembuh,” pungkasnya.(och)