Share

SITUBONDO – Jumlah kasus Demam Berdarah (DBD) di Situbondo hingga November 2020 telah mencapai 224. Dari total kasus itu, tiga di antaranya disebut meninggal dunia.

Menurut Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Situbondo, Heriawan, Senin (9/11/2020), tiga pasien DBD meninggal itu terdiri dari seorang anak usia sekolah, dan dua orang dewasa.

Pihaknya sendiri tak bisa memprediksi apakah terjadi peningkatan kasus di banding tahun lalu. Mengingat belum memasuki akhir tahun. Hanya saja sepanjang tahun 2019 kasus DBD mencapai angka di atas 250.

“Kalau kasus meninggal ada peningkatan ya, tahun lalu satu kasus meninggal. Sekarang tiga kasus meninggal,” katanya usai kegiatan Sosialisasi Program DBD Dinkes, Senin (9/11/2020).

Ia memastikan bahwa meski jumlah kasus kematian DBD meningkat. Namun, masih belum masuk Kejadian Luar Biasa (KLB).

 

Baca Juga : Operasi Zebra di Situbondo Kedepankan Preventif dan Preentif

 

Alasannya, ada banyak faktor suatu wilayah bisa masuk kategori KLB.

Mengingat saat ini sedang masa pandemi Covid-19, kata Heriawan, masyarakat hendaknya bisa memahami perbedaan gejalanya dengan DBD.

Untuk Covid-19 itu disertai dengan sesak nafas. Namun, DBD tidak.

“Ciri khasnya ada di sesak nafas. DBD tak menyebabkan gangguan di paru-paru,” ujarnya.

Sejauh ini, Dinkes Situbondo telah melaksanakan berbagai gerakan dalam penanganan DBD selain vogging. Mulai dari program satu rumah satu jumantik, program komunitas berupa program satu kamar mandi kering. Kemudian program Visit Jumantik.

Ia pun berharap masyarakat bisa terus menjaga kebersihan. Dan melalukan 3M plus yakni menguras menutup, dan mengubur.

“Juga dengan plus. Plus nya apa, pemberian abatesasi, anak sekolah diberi lotion,” pubgkasnya.(och)