Kadispora Sebut Tak Tahu Adanya Kebocoran PAD Pariwisata
- 23 January 2019
- 0
BONDOWOSO – Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Harry Patriantono menerangkan bahwa penyebab belum maksimalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata lantaran masih banyaknya objek wisata yang belum digarap pemerintah. Melainkan digarap oleh anak muda dan desa. Dan itu masih banyak yang belum diserap untuk menjadi PAD. Misalnya, P28, Alas Sumur, Mahadewa, dan Glingseran.
Sedangkan, selama ini yang menyumbang terhadap PAD sector pariwisata hanya sekitar lima objek wisata. Yakni pemandian tasnan yang sudah dikontraktualkan, pemandian air panas Blawan, arum jeram Bosamba, Kawah Wurung, dan Pemandangan arak-arak.
“Itu sumber PAD kita yang bisa kita serap dari destinasi wisata. Tiga tahun awal saya masuk disana itu kawah wurung belum masuk, arak-arak belum masuk. Solor pun belum masuk. Tapi sekarang sudah ada perkembangan,” kata Harry.
Ia pun membenarkan bahwa pungli dan aksi premanisme juga menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya PAD pariwisata. Termasuk belum adanya jaminan terhadap para pekerja di objek wisata. Contohnya di Kawah Wurung.
Baca Juga : Ganas Pertanyakan Investasi Milliaran terhadap Pariwisata Tak Sebanding dengan PAD
Menurutnya, hal tersebut adalah beberapa problem pengembangan pariwisata dalam tiga tahun terkahir. Oleh karena itu Dispar terus membenahi baik dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), regulasi, dan bagaimana memperbaiki destinasi pariwisata yang masih belum layak kunjung.
“Saya sudah awal akan membuat MoU dengan perhutani, dan pihak kepolisian. Kita sudah PADnya rendah masih ada oknum-oknum seperti itu. Kami akan tindak tegas,” ujarnya.
Ditanya terkait adanya indikasi kebocoran PAD pariwisata,seperti disampaikan oleh Fraksi Gerindra-Nasdem (Ganas), Harry mengaku bahwa pihaknya tak mengetahui adanya indikasi kebocoroan. Pihaknya, hanya membenarkan bahwa memang masih terjadi pungutan liar di sejumlah objek wisata di Kawasan kecamatan Ijen.
“Kita terus berupaya untuk memerangi pungli tersebut. Salah satunya yakni dengan memanggil semua pengelola pariwisata untuk diberi pembinaan,” ujarnya.
Pada 2018 sendiri PAD sector pariwisata kata Harry, mencapai 80 persen dari total Rp 160 juta.
Sebelumnya diberitakan, Abdul Majid, Juru Bicara Farksi Gerindra-Nasdem, mempertanyakan, hasil investasi pemerintah daerah, sekitar Rp 10 milliar selama empat tahun terakhir ke sektor Pariwisata. Pasalnya, setiap tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata masih sangat minim. Bahkan pada 2018 berkisar sekitar Rp 93 juta dari semua objek wisata yang dikelola.
Pihaknya mengindikasi kebocoran rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) sector pariwisata mencapai hampir 50 persen lebih. Penyebabnya, karena banyaknya oknum yang bermain yang tidak tersistem.Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan perlunya meratifikasi kembali perjanjian beberapa pihak terkait pengelolaan dengan baik
Menurutnya, Dinas Pariwisata tidak maksimal mengelola pendapatan ini.(och)