Share

BONDOWOSO – Kebudayaan merupakan pondasi kehidupan masyarakat dalam menjalan berbagai kesehariannya. Dengan kebudayaan masyarakat menjadi rekat dan sulit untuk dipecah belah.

Salah satu kebudayaan yang masih berlangsung di masyarakat yakni “Akosar”. Kosar merupakan bahasa madura yang berarti ziarah makam atau yang dalam bahasa jawanya dikenal sebagai “Nyekar”.

Kegiatan kebudayaan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat desa saat menyambut bulan suci ramadhan.

Di Bondowoso, tepatnya di desa Maskuning kulon, budaya Akosar ini masih sangat kental. Mulai dari warga, pemuda hingga anak-anak.

Tahun ini, para anak muda desa Maskuning Kulon yang tergabung di Padepokan Nyai Surti, Desa Kreasi, dan Jam’iyah Hadrah Tafrijiyah mengadakan kegiatan “Akosar Aghung” bersama seluruh warga masyarakat.

Hosman Ali selaku koordinator dalam ini menyampaikan bahwa kegiatan semacam Akosar ini harus terus terus dijaga dan harus dikuatkan lagi.

“Ini merupakan tradisi leluhur yang sangat baik. Dibuktikan dengan adanya relasi sosial dan kerjasama masyarakat yang sangat luar biasa. Selebihnya, kebudayaan semacam ini memberikan pesan kepada kita bahwa leluhur yang mendahului kita telah meninggalkan banyak sumber daya yang bisa kita nikmati hingga saat ini,” jelasnya.

Hosman juga menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya.

“Pagi ini kita dan seluruh warga desa serentak akosar di setiap kompleks pemakaman leluhur masing-masing. Nanti malam kita ngaji bersama seluruh warga dan tokoh di makam pembabat desa Maskuning kulon, yakni Bhujuk Sarpa. Semua kegiatan ini murni dilaksanakan secara swadaya,” tambahnya.

Baca Juga : Dongkrak Ekonomi Masyarakat, Pemkab Situbondo Gelar Car Free Night

Muhammad Afifi yang merupakan Founder Padepokan Nyai Surti juga menyampaikan, kegiatan semacam ini harus terus dijaga.

“Inilah masyarakat desa dengan segala keunikannya. Kebudayaan telah memberikan banyak warna yang terus merekatkan masyarakat. Tugas kita semua adalah menjaga dan merawat kekuatan itu. Maka Akosar Aghung inilah salah satu langkah tepat yang diambil oleh para anak muda desa. Dan ini keren sekali,” pungkasnya.

Afifi berharap, kegiatan ini dimaksudkan untuk menjadi satu rutinitas yang terus memberikan gelombang besar sebagai pengimbang atas bertumbuhnya kebudayaan hingga saat ini.

“Kebudayaan harus dilawan dengan kebudayaan. Apapun bentuk berkembangnya kebudayaan hingga saat ini. Tugas yang kerap kita lupakan adalah menjaga kebudayaan yang telah ditinggalkan leluhur. Mestinya, kita harus mengarifi kebudayaan yang saat ini berjalan, tapi jangan sampai meninggalkan kebudayaan yang memang sudah ada sejak dulu,” tegas Afifi.

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari para tokoh masyarakat dan pemerintah desa.

“Kita bersyukur, para tokoh dan pemerintah desa utamanya Bapak Kepala Desa Maskuning kulon, sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga kekompakan semacam ini terus mampu kita rawat dan dapat kita kelola dengan baik. Harapannya, mampu memberikan dampak yang lebih luas lagi di masa-masa yang akan datang,” tutupnya.(Och)