Share

BONDOWOSO – Beberapa bulan terakhir ini, Misbahul Hasan sibuk memperkenalkan buku ‘Jejak Kaki di Korea’ kepada pelajar, mahasiswa, hingga berbagai komunitas. Kepada Memo Indonesia, penulis yang bermukim di Desa Ambulu, Kecamatan Wringin itu mengatakan, karya pertamanya itu menyuguhkan sejuta inspirasi bagi pelajar maupun mahasiswa yang berkeinginan mengejar impian kuliah di luar negeri.

Buku berjudul Jejak Kaki di Korea itu menggambarkan kisah seorang mahasiswa jurusan teknologi informasi Politeknik Jember, yang tak lain merupakan dirinya sendiri, yang sedang memperjuangkan impiannya untuk berkuliah di negeri ginseng, Korea Selatan. Impian yang mungkin dianggap sebagai hal berat. Padahal, selama masih ada usaha keras, pasti ada jalan untuk menggapainya.

“Buku ini menyajikan kumpulan kisah inspiratif pejuang ilmu di Korea Selatan yang merasakan pahit manisnya perjuangan untuk menggapai impiannya. Semua itu disampaikan untuk diambil hikmah dan pelajaran dari setiap kisahnya,” paparnya saat acara road show bedah buku Jejak Kaki di Korea di Cafe Bunga Pelita, Sabtu (27/10).

Selain pernak-pernik motivasi, lewat buku itu, Misbah juga membeberkan informasi berharga mengenai jalan yang dapat dilalui agar bisa menapakkan kaki di tanah Korea. Ia menyuguhkan berbagai macam beasiswa sebagai jalur terbaik yang bisa diambil oleh pejuang ilmu dari Indonesia. Lengkap dengan bekalnya, seperti memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan melengkapi berkas administratif.

“Ketika di Korea, banyak teman-teman yang bertanya bagaimana caranya dapat menempuh kuliah di Korea. Dan buku ini akan menjawab semua pertanyaan itu,” ungkap mahasiswa Exchage Program di Kyungpook National University itu.

Mahasiswa peroleh beasiswa itu berpesan kepada pemuda Bondowoso untuk selalu optimis dalam menggapai cita-cita. Tidak boleh pesimis dengan keadaan yang tidak menguntungkan, kerena cita-cita tidak memandang dari mana seseorang berasal, tapi seberapa besar kita ingin berjuang.

“Ada banyak jalur beasiswa yang bisa ditempuh. Saya ngasih pesan bahwa cita-cita tidak melihat dari mana kita berasal, tapi seberapa besar kita ingin memperjuagkannya,” tambahnya.

Dari seorang Alumni Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso itu, ada salah satu prinsip hidup yang amat tepat untuk ditiru. Yaitu upayanya untuk memberdayakan Indonesia dari tanah kelahirannya, yakni Bondowoso. Ketika studinya selesai nanti, Bondowoso merupakan bidikan pertamanya untuk menerapkan segalanya kemampuannya yang Ia dapat saat ini.

“Bangkit dan berdaya untuk Indonesia. Tapi sebagai putera daerah kita harus mulai dari Bondowoso. Percuma tersohor dan besar di negeri orang, tapi tanah kelahiran sendiri tidak diberdayakan,” pungas Founder dan CEO Dafidea Technocraft, salah satu perusahaan software di Kota Jember itu. (abr)