Share

BONDOWOSO – Kepala Dinas PUPR Bondowoso Karna Suswandi, memaparkan tentang berbagai inovasi yang telah dilakukan pengurus Hippa Sido Makmur sehingga bisa menjadi Juara 1 dalam lomba OP Irigasi Partisipasif P3A tahun  2017. Di antaranya yakni Inovasi Gema Pildasi (Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan dan Irigasi).

Hal ini diuraikan oleh Karna suswandi di hadapan belasan Pengurus P3A (Red-HIPPA) dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, saat berkunjung ke Bondowoso untuk mengadopsi teknologi P3A dan GP3A Hippa Sido Makmur, Selasa (12/12).

Menurutnya Gema Pildasi ini dicanangkan di Hippa Sido Makmur sebagai upaya dari Pemkab untuk melibatkan masyarakat di dalam pengolahan irigasi. Sehingga masyarakat bukan hanya sebagai pengguna air, tapi juga terlibat langsung untuk terus menjaga ketersediaan air.

“Caranya dengan melakukan penanaman di daerah saluran irigasi. Sekaligus juga memelihara kebersihan di jaringan irigasi itu. Kalau alirannya bersih maka jalur airnya juga akan deras maka cakupannya aliran irigasi juga akan bertambah,” paparnya.

Menurutnya, penanaman pepohonan di sekitar saluran irigasi dimaksudkan agar ketersediaan air itu tetap sesuai dengan volume yang diinginkan atau tidak berkurang. Karena kata Karna, semakin lama debit air akan terus berkurang.

 

Baca Juga : Jadi Kiblat Sistem Irigasi Nasional, Dua Kabupaten di Aceh Belajar ke Bondowoso

 

“Karena kalau ini tak diantisipasi tentu kita akan kekurangan debit air dan persoalannya nanti ketahanan pangan kita akan berkurang, sehingga ke depan tidak lagi surplus akan tapi menjadi impor. Alhamdulillah Bondowoso sampai sekarang masih surplus beras,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi sistem irigasi yang baik ini membuat penanaman padi bisa meningkat bahkan hingga dua kali lipat. Terbukti, beberapa waktu lalu pernah diuji coba penanaman padi gorontalo dengan sistem blok bisa menghasilakn panen padi mencapai 19,5 ton per hektar.

“Kemudian di sini juga tempat untuk uji coba berbagai jenis tanam dengan berbagai jenis padi dengan sistem tanam blok. Kalau dengan sistem blok ini, biasanya padi yang umumnya hasilnya 6-9 ton, bisa meningkat menjadi 12 ton lebih. Mungkin nanti lebih lanjut bisa tanya pada PPL-nya,” jelasnya.

Menurut Karna, inovasi inilah yang menjadi pembeda, sehingga kita di sini bisa menjadi peringkat 1 dalam lomba P3A tingkat Nasional. (och)