
Hijau Madani Bondowoso (2) : Maggot Bisa Jadi Pilihan Penguraian Sampah
- 4 August 2022
- 0
BONDOWOSO – Besarnya potensi sampah di Bondowoso bisa turut menyumbang gas metana yang merusak lapisan ozon bumi.
Berdasarkan catatan dari Yayasan Hijau Madani Bondowoso, potensi sampah untuk masyarakat Bumi Ki Ronggo seluruhnya, dalam sehari bisa mencapai 543 ton lebih.
Jumlah ini diketahui dengan perkiraan setiap orang menghasilkan sampah 0,7 Kg/hari ( KLHK ). Data penduduk Bondowoso 776.151 orang. Sehingga, total potensi sampahnya diperkirakan mencapai 543.305,7 kilogram atau 543 ton lebih per hari.
Demikian Slamet Riyadi, Direktur Yayasan Hijau Madani, dalam release yang diterima Memo Indonesia, Kamis (4/8/2022).
“Tapi yang baru diangkut ke TPS cuma 60 ton per hari,” katanya.
Dengan jumlah yang diangkut ini, maka total timbulan sampah di TPA mencapai 21.600 ton. Sehingga, gas metana dalam setahun yang disumbangkan oleh masyarakat Bondowoso yakni 59,787 kilogram.
“Kalau mengutip daei Arie Herlambang, di tahun 2010 tiap 1.000 ton timbunan sampah akan berpotensi menghasilkan 2,8 Kg Gas Metana. Tinggal dikalikan saja itu ketemulah 59,787 kilogram,” urainya.
Melihat ini, pria yang juga merupakan anggota Majlis Hukum, HAM, dan Lingkungan Hidup PDM Bondowoso ini, mengajak masyarakat untuk mengelola sampah. Hingga bisa menghasilkan produk yang akan menjaga daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia itu sendiri.
Baca Juga : Hijau Madani Bondowoso (1) : Sampah Bisa Turunkan Hasil Pertanian
Salah satunya, yakni mengelola timbulan sampah organik dengan Maggot – makhluk kecil yang sangat membantu mempercepat penguraian sampah organik.
“Dari 60 ton timbulan sampah, 60 persen di antaranya merupakan sampah organik. Jika itu dikelola dengan Maggot, ini luar biasa,” ujarnya.
Ia menjabarkan, pengelolaan dengan Maggot bisa menjadikan sampah organik tersebut menjadi pupuk padat (Kompos) dan Pupuk cair organik.
“Maggot dewasa ternyata juga mempercepat pertumbuhan ikan karena memiliki protein tinggi. Jadi ini bisa jadi alternatif,” katanya.
Di lain sisi, pihaknya juga menyarankan pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Karena ini akan mempermudah dan mempermurah biaya pengangkutan sampah ke TPA.
“Sekaligus akan mengurangi sumbangan gas metana ke udara dan juga turut bersedakah mengurangi bau tak sedap di tempat penimbunan sampah,” urainya
Ia mengaku bahwa sampah yang terpilah juga bisa diproses langsung di rumah dengan membuat komposter skala rumahan. Atau minimal di tiap TPS ada pengolahan sampah organik, sehingga sampah yang dibawa ke TPA hanya berupa sampah an organik saja.
“Jika 60% dari 60 ton sampah bisa diolah atau diselesaikan di TPS, maka kita akan menghemat banyak rupiah dari anggaran biaya angkut ke TPA,” pungkasnya.(Och)