Share

Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi yang berjuluk Sunrise of Java ini kian menancapkan dirinya sebagai tujuan wisata. Beragam terobosan unik terus dilakukan. Terbaru, sebuah festival kebaya digelar di Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

Puluhan produk desain kebaya karya desainer asli daerah pun ditampilkan secara apik pada pagelaran ini. Festival kebaya ini diagendakan selama dua hari (21-22 April) yang melibatkan 100 desainer kebaya. Beberapa di antaranya Ferry Sunarto, Priscilla Saputro, Lenny Agustin, Deden Siswanto, Afif Syakur, Dwi Iskandar, Devy Rose, Inge Chu, Phangsanny, Dedy Delmora, dan Aura Putri.

Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas menjelaskan, kebaya telah menjadi identitas nasional yang dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat. Banyuwangi ingin mengambil kesempatan sebagai daerah yang pertama kali mengangkat kebaya sebagai bagian dari produk kreatif daerah selain batik.

“Desainer lokal tidak hanya kami pacu untuk meningkatkan kualitas batik, tapi juga mendapatkan peluang bisnis baru lewat kebaya yang pangsa pasarnya sangat besar,” kata Anas usai gelaran Festival Kebaya di Bandara.

Untuk meningkatkan daya saing produk kebaya desainer lokal, pemerintah daerah menggandeng Indonesian Fashion Chamber (IFC) sebagai mentor pendamping. Workshop teknis pun telah digelar dengan materi seputar desain, proses pembuatan kebaya, dan manajemen pemasaran produk.

“Pemerintah daerah ingin terus membuka peluang yang lebih luas bagi pelaku industri mode daerah. Kami ingin semua potensi Banyuwangi mendapatkan kesempatan untuk merambah tingkat yang lebih luas,” ujarnya.

Anas menambahkan bahwa bandara sengaja dipilih sebagai venue, selain untuk mengenalkan green airport yang segera diresmikan dalam waktu dekat, juga karena lokasinya yang memang menarik sebagai catwalk peragaan busana.

“Ini bagian dari inovasi kami agar beragam potensi daerah yang dimiliki bisa semakin diminati,” tutupnya. (mif/esb)