Share

BONDOWOSO – Ketua Komisi 2 DPRD Bondowoso, Andi Hermanto menilai keberadaan kartu tani tidak memiliki fungsi dan pengaruh apapun bagi petani. Menurutnya, petani di Bondowoso tetap sulit mendapatkan pupuk sekalipun memiliki kartu tersebut.

“Kartu tani itu gunanya apa. Kan hanya untuk ngecek bahwa dia tidak boleh lebih belinya,” tegasnya.

Untuk mengatasi kelangkaan pupuk, ia pun mengusulkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk dinaikkan. Dengan catatan, jumlah alokasi pupuk ditambah sehingga petani tidak kesulitan untuk mendapatkannya.

“Tetapi secara kuantitas itu lebih banyak dengan cara menaikkan harga pupuk,” jelasnya.

Pasalnya, yang terjadi saat ini adalah selain petani kesulitan mendapatakan pupuk, harganya kian mahal. ” Ada yang non subsidi itu harganya di atas 700-900 ribu. Katakanlah harga eceran 300 ribu nggak masalah asalkan ada di kios. Sewaktu-waktu petani beli ada gitu loh,” sambungnya.

Direktur Utama Pupuk Pusri Palembang, Tri Wahyudi Saleh mengungkapkan, pada 2021 kebutuhan pupuk bersubsidi sesuai e-RDKK sebesar 24 juta ton. Namun yang disetujui oleh pemerintah hanya 9 juta ton.

” Artinya masih ada selisih sekitar 15,2 juta ton,” katanya.

Dengan selisih 15,2 juta ton tersebut menimbulkan persoalan karena banyak kelompok-kelompok tani tidak masuk di dalamnya.

Baca Juga : Akses Jalan Dusun Pacalan Tambak Ukir Rusak Berat, Bung Karna Janjikan Perbaikan

” Jadi ini harap dimengerti, kemampuan keuangan kita terbatas. Karena dua tahun kita dilanda pandemi,” lanjut mantan Kepala Bulog Jember tersebut.

Untuk mengantispasi gejolak petani, pihaknya bekerjasama dengan Kementerian BUMN dengan membuat program Makmur. Tujuannya ntuk mengedukasi petani maupun kelompok tani agar tidak bergantung pada pupuk bersubsidi.

” Karena kemampuan pemerintah terbatas. Kami mengajak para petani untuk sudah mulai menggunakan pupuk nonsubsidi. Dengan program Makmur dimana kami semua anak perusahaan produsen pupuk sudah melaksanakan itu. Bahkan di Jember sudah ada,” paparnya.

Akibatnya, jika dilihat dari mekanisme pemberian pupuk yang berimbang, sisa usulan 15,2 juta ton tersebut diakuinya berpengaruh terhadap produktifitas padi.

” Misalnya dalam 1 hektar dia diberikan 2 kuintal, pasti minus 1 kuintal,” pungkasnya. (abr)