Share

BONDOWOSO – Bank Jatim cabang Bondowoso terus melakukan berbagai langkah dalam membantu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Hal ini sesuai dengan visi misi Bank Jatim, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Karena itulah, gerakan ketahanan pangan berbasis keluarga melalui pertanian hidroganik yang diinisiasi oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) di Desa Gayam, Kecamatan Botolinggo, pun tak luput menjadi sasarannya.

Diana Safitri, Pimpinan Cabang Bank Jatim Bondowoso, usai mengikuti kegiatan Panen Raya Hasil Pertanian Hidroganik, di Desa Gayam, Kamis (9/4/2020), mengatakan, bahwa yang tengah dilakukan ISNU, pertanian hidroganik dinilainya sebagai terobosan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Khususnya, dalam bidang ketahanan pangan.

Terlebih, kawasan tersebut merupakan daerah kering, dan sangat kekurangan air di musim kemarau.

“Ini merupakan terobosan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah, salah satunya dengan ketahanan pangan penduduk,” tuturnya.

Disini Bank Jatim, kata Diana-panggilan akrabnya, memiliki peran untuk mendorong usaha micro kecil maupun menengah dengan sektor agribisnis berbasis hidroponik.

“Kami akan mendorong Usaha micro kecil di sektor agribisnis seperti hidroponik ini,” jelasnya.

Kendati demikian, pihaknya mencatat memang dalam pelaksanaannya masih terdapat sejumlah hambatan. Yakni, tentang pengetahuan akses keuangan, Karena minimnya edukasi Perbankan dan keuangan.

“Jadi peran kami disini, di lokasi yang jauh, yaitu untuk menjangkau usaha dan mengedukasi tentang keuangan. Kami Bank Jatim punya terobosan agar UKM di Bondowoso mendapat akses keuangan yang lebih cepat sesuai dengan kebutuhannya,”imbuhnya.

 

Baca Juga : ISNU Ajak Masyarakat Desa Gayam Bertani Hidroganik

 

Bank jatim Cabang Bondowoso Akan membantu akses permodalan, yang nantinya akan menjadi percontohan beberapa keluarga yang akan dilatih oleh ISNU.

“Mereka (Red: para petani hidroponik) perlu diberi pemahaman, supaya nantinya tidak kehilangan semangat, agar bisa mengembalikan modalnya, itu yang kita jaga,”tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang ISNU Bondowoso, Moch Abdul Halik, mengatakan, pertanian dengan model hudroganik memiliki keunggulan dibandingkan pertanian konvensional.

Utamanya, dalam penggunaan media air yang disebut lebih bemat, menanam yang tak pernah mengenal musim dan bisa menanam pangan apapun.

“Kita juga tak mengenal musim, musim apa pun bisa menanam apa pun. Termasuk kita bisa memangkas waktu tanam,”ungkapnya.

Sementara, dari sisi ekonomi harga dari tanaman hidroganik itu bisa lebih mahal dari hasil panen pertanian dengan model konvensional. Belum lagi, model pertanian ini yang menjadi pupuknya adalah kotoran ikan. Karena itu, ikan yang diternak juga bisa dijual dengan waktu panen empat bulan sekali.

Namun diakuinya, untuk memulai pertanian ini diperlukan modal sekitar Rp 7-10 juta. Karena itulah, dalam merealisasikan pertanian model ini pada masyarakat pihak mengandeng Perbankan seperti Bank Jatim. Agar bisa memberikan modal kepada masyarakat, untuk bertani dengan sistem hidroganik.

“Kami juga undang Bank Jatim, untuk analisa ekonomi. Ada sekitar 25 KK di sekitar lokasi, agar diberikan pinjaman. Kami usulkan setiap keluarga Rp 10 juta,” paparnya.

Setelah semuanya nanti bisa direalisasikan, ISNU akan inten memberikan pedampingan kepada mereka.

“Mulai edukasi, penanaman. Hingga mereka mandiri,” pungkasnya.

Hadir dalam panen raya pertanian Hidroganik yang digagas ISNU ini, pihak Pemkab setempat, Kepala Bank Jatim cabang Bondowoso, Kades Gayam, dan sejumlah pihak terkait lainnya.(och)