
Diduga Sebar Data PMK Bodong, Plt Kadisnakan Situbondo : Itu Valid
- 15 July 2022
- 0
SITUBONDO – Bupati Lira Situbondo, Didik Martono menengarahi bahwa data PMK yang disampaikan kepada publik oleh Disnakan setempat tidak sesuai dengan fakta di lapangan alias data bodong.
Menurutnya, banyak pengaduan dari masyarakat dan kami juga menemukan beberapa fakta di lapangan. Ada kematian ternak yang tidak tercatat di Disnakan Situbondo. Seperti di Desa Lubawang, Kecamatan Banyuglugur. Di Desa tersebut sapi milik Nardi, alamat Dusun Sekolahan RT/RW : 01/02.
“Selain itu, kematian juga terjadi pada sapi milik Desi, warga Dusun Sekolahan, RT/RW : 02/01. Selanjutnya sapi milik kejadian Hit, warga Dusun Sekolahan, RT/RW : 03/01. Itu hanya di Desa Lubawang saja, belum yang lain,” bebernya, Kamis (14/7).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Peternak dan Perikanan (Disnakan) Situbondo, Kholil bereaksi keras atas tuduhan data harian sebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang disampaikan kepala masyarakat itu bodong atau palsu.
Mantan Kepala DLH Situbondo ini menegaskan, data harian sebaran PMK yang dirilis instansinya tersebut valid. Sebab itu diperoleh dari laporan peternak sapi kepada petugas kesehatan hewan.
“Jadi rata-rata peternak ini melaporkan sapi yang mati itu kepada kepala desa, dan tidak ke petugas kesehatan hewan. Sehingga tidak tercatat di Disnakan Situbondo,” ucapnya kepada Jurnalis Memo Indonesia.com, Jumat (15/7/2022).
Untuk itu, pihaknya melakukan sensus dengan menggandeng kepala desa, Babinsa, dan Babinkamtibmas di 132 desa dan 4 kelurahan. Sehingga permasalahan data harian PMK yang selama ini dipertanyakan keasliannya itu bisa diluruskan.
Baca Juga : Peresmian Desa Devisa Klaster Udang di Banyuputih, Ini Harapan Wabup Situbondo
“Nah hasilnya data harian PMK di Situbondo hingga hari Jumat, 15 Juli ini, sapi yang suspect PMK ada 3736 ekor atau 2,025 persen dari populasi yakni, 184.463 ekor. Kemudian yang sudah diobati 3.340 ekor, sembuh 344 ekor, mati 49 ekor, dipotong paksa 3 ekor, dan sudah divaksin 10.100 ekor,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kholil menjelaskan, dalam menangani wabah PMK di Situbondo pihaknya mengakui bahwa ada keterbatasan tenaga kesehatan hewan. “Saya meminta kepada para peternak agar bersabar. Sebab kami hanya punya 20 dokter hewan, 20 mantri, serta 20 para medis. Dimana mereka ini harus melayani vaksinasi, pengobatan, dan pendataan ternak di Situbondo,” tambahnya.
Namun untuk mengatasi itu, pihaknya telah mengajukan surat permohonan kepada Unair, STTP Malang, dan Universitas Undayana Bali, agar mahasiswa peternakan yang magang di sana bisa menjadi tenaga kesehatan hewan di Situbondo. “Ke dua kami juga berkirim surat kepada Pemprov Jatim untuk meminta bantuan tenaga vaksinator PMK. Ke tiga kami juga melakukan pelatihan kepada sarjana perternakan agar bisa menjadi vaksinator serta mengobati sapi yang sakit,” tegasnya.
Untuk diketahui, Pemkab Situbondo mengajak masyarakat dalam pemberantasan peredaran rokok ilegal di Kota Santri Pancasila. Sebab keberadaannya jelas merugikan negara, karena tidak ada pemasukan dari sektor cukai. Hal tersebut berdampak terhadap penerimaan pemerintah daerah dari DBHCHT. (ADV/OZI)