![](https://i0.wp.com/memoindonesia.com/wp-content/uploads/2017/04/16229078_1750213331973248_4229225090593587200_n.jpg?fit=480%2C480&ssl=1)
Di Pantai Ini, Pengunjung Bisa Nikmati Sejuknya Hutan Bakau dan Amati Ribuan Blekok
- 12 April 2017
- 0
SITUBONDO – Beragam potensi wisata Situbondo kini terus dikembangkan. Terbaru, kabupaten berjuluk Kota Santri ini akan memiliki objek wisata hutan bakau yang menjadi habitat ribuan burung blekok.
Kepala Desa Klatakan, Kabupaten Situbondo Yoyok Hermanto, mengatakan pada 2017 ini pihaknya akan mulai mengembangkan destinasi wisata baru, yakni wisata Kampung Blekok.
“Wisata Kampung Blekok ini berada di pinggir pantai Dusun Blekok, Desa Klatakan Kecamatan Kendit dan ini bisa menjadi tujuan wisata baru karena pengunjung dapat menikmati pemandangan pantai dan melihat ribuan burung blekok atau sejenis burung bangau yang selama ini berada di areal hutan bakau (mangrove),” katanya di Situbondo, Rabu (12/4).
Ia mengemukakan, pada tahun ini pemerintah desa setempat juga sudah mulai memprioritaskan pengembangan wisata Kampung Blekok dengan menganggarkan dan menggunakan alokasi dana desa maupun dana desa (ADD/DD).
Untuk sementara pemerintah desa, katanya, akan menganggarkan untuk pembangunan infrastruktur jalan masuk ke arah utara dari Jalur Pantura guna memudahkan pengunjung nantinya.
“Tetapi untuk pengembangan wisata Kampung Blekok yang dipenuhi ribuan burung blekok di hutan bakau tersebut kami juga perlu mengkaji jalur masuk ke lokasi serta konsep bagaimana membangun tempat wisata agar pengunjung nantinya bisa menikmati pemandangan alam tanpa mengganggu habitat burung blekok,” katanya.
Ia menambahkan, konsep yang ahrus digunakan dalam pengembangan wisata Kampung Blekok ini bagaimana nantinya ribuan burung yang selama ini sudah menempat hutan bakau tetap tenang ketika menjadi tujuan wisata baru di Situbondo.
“Kami benar-benar berhati-hati untuk pembangunan Kampung Blekok karena dikhawatirkan ribuan burung blekok tersebut berpindah tempat karena terusik dan kami juga tidak hanya bisa membangun, namun membutuhkan kajian khusus,” pungkasnya.(yud/esb)