Dapat Program RTLH, Tapi 15 Hari Riyani Tidur Beratapkan Langit
- 18 September 2018
- 0
BONDOWOSO – Malang sungguh nasib G. Riyani (56) , warga dusun Lebak, desa Wonokusumo, Kecamatan Tapen. Selama sekitar 15 hari ini terpaksa tidur di ranjang tua yang diletakkan di halaman rumahnya bersama cucu satu-satunya yang berusia 14 tahun. Dengan beratapkan langit dan ditutupi kain serta terpal seadanya.
Penyebabnya, rumah yang Ia tempati telah dibongkar oleh warga setempat secara bergotong royong atas perintah Kepala desa setempat. Karena, rumah yang sudah hampir 20 tahun Ia tempati rencananya akan mendapat bantuan program RTLH (Rumah Tak Layak Huni).
“Karena ada perintah dari Pak Kampung 15 hari yang lalu katanya mau direnovasi. Tapi sampek sekarang setelah dibongkar malah tidak ada apa-apa. Katanya saya disuruh cari tukang sendiri dulu, saya kalau cari tukang sendiri kan harus bayar. saya tak punya uang,”urainya.
Ia menerangkan bahwa telah datang menemui keluarga kepala desa sepekan setelah pembongkaran rumahnya. Namun, jawabannya hanya disuruh mencari tukang dan diminta untuk bersabar.
“Yang mau membongkar rumah ini aja saya pinjam uang sekitar Rp 1juta sama saudara-saudara untuk ngasih makan ke warga yang bantu-bantu,”jelasnya lirih.
Ia sendiri mengaku pasrah dengan apa yang menimpanya. Karena, Ia sudah tidak tau harus mengadu kepada siapa lagi.
“Saya ajak cucu saya numpang tidur di rumah saudara. Tapi, cucu saya tidak mau karena katanya biar dah kita kan memang ndak punya rumah. Semua orang tau,”urainya dalam bahasa Madura menirukan cucunya sembari menangis.
Lebih jauh Ia menerangkan bahwa sebelumnya telah menanyakan material bangunan yang diletakkan di rumahnya, jumlahnya sangatlah tidak sebanding dengan kebutuhan. Namun, jawaban dari perangkat desa masih akan datang materialnya.
“Saya tanya itu ke Pak Kampung kok batanya cuma 2ribu. Kan tak cukup. Tapi katanya Pak Kampung nanti mau datang lagi batanya jadi 4ribu,”tambahnya.
Pantauan di lapangan, rumah yang sebelumnya berlantai tanah dan berdinding bambu sudah rata dengan tanah. Tepat di sebelahnya ada rumah dengan berdinding bambu milik penakannya. Sementara ranjang besi tua dengan ditutupi kain dan terpal tanpa atap, berjejer dengan sekitar 2ribuan material bata yang akan digunakan untuk merenovasi rumahnya. Di sebarang ranjang, ada semen sekitar 15 sak.
Sementara itu, Memo Indonesia ketika mencoba konfirmasi pada Kepala desa dengan mendatangi Kantor desa, yang bersangkutan dikatakan belum datang. Dan saat coba dihubungi melalui sambungan telponnya, tak ada jawaban.
Sekdes pun ketika ditanyai tentang bantuan RTLH, mengatakan tidak tahu menahu.
Eko Pribadi, Kepala Bidang Penyedian Perumahan, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, menerangkan, bahwa memang di tahun 2018 ini di desa Wonokusumo mendapat jatah bantuan RTLH BSPS (Bantuan Stimulan Perumaha Swadaya) sebanyak 35 unit. Hingga saat ini baru 27 unit yang dalam proses pembangunan.
“Kalau global di Bondowoso itu 225,”urainya.
Lebih jauh, Ia menerangkan prosedur pelaksanaan realisasi renovasi RTLH jadi begitu sudah disetujui Provinsi, kemudian bantuan dananya akan cair melalui rekening kelompok. Tapi tidak langsung bisa dimanfaatkan, karena bagian dari kelompoknya nanti akan menunjuk ke toko material.
“Tukang-tukangnya di kelompok itu atau koordinasinya dengan Pak Kades,”terangnya.
Adapun bantuan RTLH BSPS ini untuk satu unit rumah mendapat dana sekitar Rp 15juta. Dana ini pun sudah masuk dalam biaya tukangnya.
Berkaitan dengan yang terjadi dengan G.Riyani, Eko Priyadi, menerangkan pihaknya mengakui bahwa progres pembangunan di kecamatan Tapen memang agak lambat. Namun realisasi bantuan ini sejak Agustus 2018 ini.
“Kita kurang tau penyebabnya, tapi memang secara fisik, tahap pertama pencairan itu memang material,”tambahnya.
Ia pun menghimbau diharapkan kedepan setiap Kades yang wilayahnya mendapat bantuan ini untuk lebih memprioritaskan yang kondisinya lebih memprihatinkan. Termasuk memacu kelompoknya untuk mengerjakan secara cepat.
“Kemudian untuk kasus-kasus seperti ini dimana beliaunya itu, penerima manfaat ini, ibaratnya swadayanya, ini yang diharapkan ada kearifan lokal untuk gotong royong dan diprioritaskan,” pungkasnya. (och)