Share

BONDOWOSO – Sepekan menjelang Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah, peternak kambing di Bondowoso juatru mengeluhkan pasar lesu. Padahal, di tahun sebelumnya justru menjadi punjak tingginya pesanan hewan qurban.

Hal ini diakui oleh pemilik usaha ternak SeTandhuk Duwek (STD) farm, Dedi Faizal Ali. Menurutnya, tahun lalu sepekan sebelum Idul Adha penjualan bisa mencapai 10-15 ekor dalam sehari.

“Tapi kalau sekarang maksimal lima ekor setiap hari. Ya karena pandemi Covid-19 dan PPKM Darurat ini. Pasar hewan juga tidak buka,” jelasnya.

Sementara untuk harga cenderung naik dibandingkan hari-hari biasa, dengan selisih Rp 200 ribu. “Hanya daya belinya saja yang menurun. Lebih ramai tahun kemarin malah,” imbuhnya.

Biasanya kata dia, sepekan jelang hari H Idul Adha, menjadi puncak permintaan kambing. “Biasanya hari ini harusnya ramai,” jelasnya, Selasa (13/7/2021).

Sementara untuk pemasaran, pihaknya harus memanfaatkan media sosial. Baik Facebook, WhatsApp, Instagram dan beberapa platform media lain.

Pemanfaatan media sosial dan media WhatsApp tersebut karena pembelinya ada yang berasal dari Jember dan Situbondo. Hal itu juga diakuinya sangat efektif.

“Bahkan cek ternaknya ada yang menggunakan video call. Jadi pembeli memilih dulu, baru dijemput. Semoga setelah PPKM Darurat ini bisa kami antar,” jelasnya.

Menurutnya, populasi di kandang miliknya yang ada di Suger Lor Kecamatan Maesan justru melebihi permintaan.

Baca Juga : Pemulihan Ekonomi Diskoperindag Bondowoso Hanya Bantu Promosi, Komisi II Sayangkan Kecilnya Anggaran

“Kami sebagai peternak cukup menjerit lah, karena biaya pakan kan cukup mahal. Biaya penggemukan juga mahal. Ya mau gimana lagi,” akunya.

Namun demikian, lanjut dia, hasil penjualan kambing menutupi biaya operasi seperti pakan, obat dan sebagainya meski hasilnya tak terlalu banyak.

“Per ekor masih ada hasil, meski sedikit lah. H-2 lebaran biasanya kami sudah mengantarkan. Untuk tahun ini dijemput, tapi ada juga yang minta dihanrkan,” imbuhnya.

Menurutnya, sejauh ini belum ada pemeriksaan penyakit hewan dari pemerintah atau dinas terkait. Tetapi pihaknya melakukan pengecekan mendiri secara berkala. Yakni disuntik vitamin dan sebagainya.

“Saya pastikan ternak saya yang dijual untuk korban dipastikan sehat. Kalau kurang sehat juga tidak akan saya jual. Soalnya ini terkait dengan reputasi juga,” papar pria yang juga pembina Komunitas SaTaretan Dhibik ini.

Pihaknya mengaku sudah mendapatkan edukasi dari dinas terkait cara merawat ternak yang baik. “Saya kira petenak di Bondowoso sudah pintar. Cuma marketnya saja kurang difasilitasi dengan baik,” paparnya.

Pihaknya berharap, di tengah pandemi Covid-19 dan PPKM Darurat ini, pemerintah bisa memberikan solusi terkait pemasaran ternak ini.

Menurutnya, untuk harga kambing di Bondowoso jelang Idul Adha cukup variatif. Terendah harga Rp 1,6 juta dan paling tinggi bisa mencapai 3,5 juta. “Tergantung gemuk atau berat kambingnya,” pungkasnya. (abr)