Share

PROBOLINGGO – Bupati Probolinggo Hj. P. Tantriana Sari, SE berkeinginan supaya para pengrajin batik ini masih konsisten mau belajar bersama-sama, bagaimana pengrajin batik ini mampu mengeluarkan sebuah produk batik yang jelas segmentasinya.

“Manakala hari ini para pengrajin batik di Kabupaten Probolinggo menciptakan batik dan memproduksi batik hanya satu segmen saja, ke depan saya ingin pengrajin batik ini belajar minimal memproduksi tiga segmen,” katanya.

Pertama jelas Bupati Tantri, pengrajin batik harus membuat produksi batik untuk segmen menengah. Dimana para pengrajin batik tulis ini mampu memproduksi batik maksimal dengan harga Rp 100 ribu per lembar.

“Tetapi harga Rp 100 ribu per lembar ini masih terlalu mahal. Karena di pusat perbelanjaan yang berada di Kota Solo dan Jakarta, dihargai 40 ribu. jika pengrajin mampu membuat batik,” jelasnya.

Jika segmen produksi ini mampu diwujudkan terang Bupati Tantri, maka pihaknya akan menginstruksikan semua lembaga sekolah negeri dan swasta di Kabupaten Probolinggo wajib untuk memakai batik khas lokal hasil pengrajin batik Kabupaten Probolinggo.

“Hal ini bertujuan untuk memulyakan para pengrajin batik yang ada di Kabupaten Probolinggo,” terangnya.

Segmen selanjutnya adalah produksi batik untuk kalangan menengah. PR (Pekerjaan Rumah, Red) selanjutnya adalah segmen batik kelas premium. Bagaimana pemotifan dan pewarnaan sesuai dengan keinginan dan mampu dilirik oleh desainer lokal dan nasional.

“Target tahun 2018 mendatang, ada seragam wajib batik khas untuk sekolah dan PNS. Apalagi jika didukung oleh perusahaan, bukan tidak mungkin pengrajin batik jauh lebih kuat dan mampu menggali pengrajin batik baru. Karena masa depannya yang sangat jelas,” tegasnya.

Lebih lanjut Bupati Tantri mengharapkan bagaimana para pengrajin batik ini bisa berkiprah di ajang nasional. Harus ada penampilan yang mampu mengangkat batik khas Kabupaten Probolinggo.

“Mohon doanya sehingga tahun 2018 akan dianggarkan dengan komitmen dan semangat pengrajin batik Kabupaten Probolinggo, bukan tidak mungkin kita mampu mengangkat jati diri di kancah nasional. Terus semangat dan berkarya sehingga kita mampu percaya diri mengangkat budaya dan kearifan lokal asli Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. (afu)