Share

BONDOWOSO – Berawal dari bondo nekat. Kini pemuda di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin, Bondowoso berhasil budidaya jamur tiram.

Adalah Ahmad Suprayogi (29). Tak sendiri, ia merintis usahanya bersama beberapa pemuda

Dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak merintis, mereka sudah bisa meraih hasil. Meski belum tergolong usaha besar, para pemuda ini bisa menambah penghasilan Rp 50 ribu per hari.

Suprayogi mengatakan, usaha budidaya jamur yang mereka rintis bersama-sama itu berawal dari kondisi pemuda setempat yang hanya membuat perkumpulan biasa. Bisa dibilang tidak memiliki tujuan.

Berangkat dari persoalan tersebut, mereka kemudian membulatkan tekad mencoba membuat terobosan dengan keinginan belajar menjadi wirausaha, meski dari lingkup kecil.

“Dari sinilah kami terinspirasi dan bermodal nekat untuk memulai usaha budidaya jamur. Apalagi suhu di kampung kami sangat cocok untuk budidaya jamur, ditambah peluang pasar yang cukup luas,” ujarnya, Sabtu (28/1/2023).

Suprayogi sedikit bercerita, modal yang mereka gunakan untuk memulai usaha merupakan hasil dari swadaya. Bahkan uang modal awal yang berhasil dikumpulkan pun hanya mampu membeli 50 bag log jamur tiram.

“Per bag log itu harganya Rp 3.000 tinggal ngalikan sudah. Memang modal kami terbatas, dan itupun tidak termasuk biaya pembuatan kumbung budidaya jamur tiram. Kita buat sendiri secara bersama-sama menggunakan bambu,” ungkapnya.

Karena berkat kegigihan dan kerjasama tim, akhirnya lambat laun usaha mereka mulai berkembang yang awalnya dari 50 bag log kini menjadi 300 bag log.

Baca Juga : Pertama Kalinya, Nama Jalan di Bondowoso Gunakan Nama Habib

“Sejauh ini dari ratusan bag log itu sudah bisa produksi sekitar 2 kilogram lebih per hari, sementara pendapatan yang kita terima antara Rp 40-50 ribu,” bebernya.

Suprayogi menyebut, pasar yang mereka jangkau sejauh ini masih dalam lingkup warga sekitar. Meski masih lingkup kecil, ia mengaku kewalahan memenuhi kebutuhan pembeli.

“Memang selalu kekurangan, berapapun hasil panen pasti laku terjual. Kita belum berani ke pasar yang lebih luas, karena budidaya kami masih kecil. Kedepan, kita juga berencana memproduksi bag log sendiri. Kalau saat ini masih belum, karena terkendala modal,” cetusnya.

Ia menambahkan, dalam membangun usaha tersebut mereka memiliki prinsip yakni merintis dan menekuni sebuah usaha merupakan kesuksesan yang sedang menanti, tidak lupa disertai kemauan dan keberanian yang kuat untuk merubah pola hidup.

“Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Jika mau berusaha dan bekerja keras, peluang selalu ada,” tegas Suprayogi.

Sementara kelompok usaha budidaya jamur yang mereka rintis saat ini diberi nama Juragan 86. Kurang lebih ada 14 pemuda di Dusun Kolanggar, Desa Banyuputih, yang tergabung di dalamnya.

“Sesuai namanya, kita harapkan suatu saat nanti teman-teman pemuda bisa menjadi pengusaha besar semua. Sementara lewat Juragan 86 dulu untuk wadah bagi pemuda belajar berbisnis,” ujar alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Negeri Jember (Unej) ini.

Selain berfokus pada usaha, wadah perkumpulan pemuda ini juga diisi dengan kegiatan positif. Seperti pengajian rutin setiap malam Jumat.

“Karena kita tahu, banyak pemuda di luaran sana yang salah pergaulan. Sehingga, lewat kegiatan keagaman ini bisa meningkatkan akhlak teman-teman pemuda, terutama dalam berperilaku di kehidupan bermasyarakat,” tandasnya.(Och)