Share

PROBOLINGGO, KAB – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo, membuat sebuah inovasi kegiatan berupa pembentukan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Hal itu, menurut Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo, Nanang Trijoko Suhartono, kepada media ini mengatakan kalau ini dilakukan sebagai upaya untuk turut serta menurunkan angka stunting di Kabupaten Probolinggo.

“Kegiatan KRPL ini melibatkan kelompok wanita tani melalui pemanfaatan lahan pekarangan,” katanya saat ditanyai sejumlah wartawan, siang tadi.

Pembentukan KRPL ini, kata Nanang, menggunakan dana dekon dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun anggaran 2019.

Untuk dana dekon, kata Nanang, pembentukan KRPL dibagi dalam KRPL Pengembangan, untuk dilaksanakan di Desa Kalikajar Kulon dan Bhinor Kecamatan Paiton, Desa Krejengan dan Rawan Kecamatan Krejengan, Desa Sogaan Kecamatan Pakuniran dan Desa Tegalwatu Kecamatan Tiris.

“Sedangkan KRPL Penumbuhan dilakukan untuk Desa Bimo Kecamatan Pakuniran, Desa Banjarsawah Kecamatan Tegalsiwalan, Desa Seboro Kecamatan Krejengan dan Desa Brumbungan Lor Kecamatan Gending,” ungkap Nanang.

Sementara untuk DBHCHT, dijelaskan Nanang bahwa pembentukan KRPL dilakukan di Desa Kramat Agung Kecamatan Bantaran, Desa Curah Sawo, Desa Sebaung, Desa Klaseman dan Desa Bulang Kecamatan Gending, Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kraksaan, Desa Tongas Wetan Kecamatan Tongas, Desa Kamal Kuning Kecamatan Krejengan, Desa Tambak Ukir Kecamatan Kotaanyar dan Desa Sumber Kecamatan Sumber.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan DKPP Kabupaten Probolinggo, Syafi’i mengungkapkan inovasi kegiatan pembentukan KRPL ini dilakukan dengan pembuatan kolam ikan lele dan ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan selain karbohidrat dengan penanaman berbagai macam sayuran serta untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama anggota stunting.

“Disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarga diharapkan juga bisa menjual hasilnya sebagai tambahan pendapatan keluarga. Sekaligus untuk menenuhi gizi keluarga terutamanya keluarga stunting,” katanya.

Menurut Syafi’i, kegiatan ini bertujuan agar mampu membentuk budaya memanfaatkan pekarangan dan penganekaragaman pangan lokal berbasis Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) melalui pembentukan KRPL di setiap keluarga stunting untuk memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

“Saat ini masih banyak lahan kosong yang masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Probolinggo. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum paham tentang penganekaragaman pangan serta belum mampu mengolah makanan yang berbasis B2SA untuk dikonsumsi,” jelasnya.

Baca Juga : Wabup Timbul : Jabatan Adalah Amanah Yang Wajib Dipertanggungjawabkan

Dari info yang dikumpulkan awak media, stunting itu disebabkan oleh 2 hal yakni gans (keturunan) dan venotif (pengaruh lingkungan). Oleh karenanya, pihaknya berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan.

Caranya, yaitu sedini mungkin orang itu harus mengkonsumsi makanan yang memiliki keanekaragaman dan B2SA. Hal ini harus dilakukan secara terus menerus dan kontinue. B2SA ini harus diberikan sedini mungkin secara berkelanjutan, khususnya kepada keluarga stunting.

Kegiatan KRPL itu, kata Syafi’i, arahnya untuk menyediakan makanan yang B2SA melalui pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman sayur mayur dan lain sebagainya. Dengan kata lain, KRPL ini merupakan salah satu upaya penyediaan bahan pangan sendiri oleh masyarakat.

“Jika bahan pangannya ditanam sendiri, maka secara otomatis aman dan sehat. Kalau ingin tinggal mengambilnya sendiri. Apabila sudah ditanam sendiri, maka kualitas dan keamanannya terjamin,” jelasnya.

KRPL ini, diterangkan Syafi’i adalah sebuah program penyediaan bahan pangan. Tetapi B2SA itu tidak cukup hanya dengan penyediaan bahan pangan sendiri, namun harus ada penganekaragaman bahan pangannya.

“Kondisi saat ini di masyarakat pada umumnya, makanan kita itu terlalu banyak karbohidrat dan sangat minim protein dan vitamin. Sehingga pada masyarakat terjadi kejadian bersama berupa kegemukan dan kekurusan. Kegemukan dikarenakan terlalu banyak karbohidrat dan kekurangan protein dan vitamin, sehingga kita selalu mensosialisasikan B2SA melalui KRPL demi menjamin keamanan pangan,” terangnya.

Melalui program pembentukan KRPL ini diharapkan ada pola perilaku masyarakat yang makan seadanya menjadi pola makan yang memenuhi unsur B2SA. Hal ini terjadi bukan kita tidak mempunyai uang, tetapi karena kebiasaan.

“Kebiasaan itu harus dirubah kalau ingin benar-benar turut serta menurunkan angka stunting di Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. afu/kominfo