
Bangun Negeri dengan Energi Kopi
- 29 May 2022
- 0
Ternyata itu adalah aktivitas Camat Tenggarang Kabupaten Bondowoso, Rifky Hariady, sebelum mememulai tugasnya sebagai abdi negara. Bak Barista, setiap pagi, pria kelahiran pulau garam Madura, 18 Mei 1983 ini membuatkan kopi untuk rekan-rekan kerjanya. Setelah beberapa gelas kopi espresso tersaji, para rekan kerja dan staf Kecamatan Tenggarang yang mulai berdatangan langsung menyeduh kopi layaknya acara Coffe Morning.
Bagi sosok Camat muda ini, kesempatan menikmati kopi tak hanya menjadi kesempatan ajang kumpul-kumpul sembari bersenda gurau belaka, melainkan dijadikan wadah diskusi mengenai persoalan-persoalan dan tantangan yang muncul dalam melaksanaan tugas dan fungsi sebagai pelayan bagi 11 Desa dan 1 Kelurahan.
“Bisa dibilang pagi rutinitas kita ngopi. Kopi adalah pembuka obrolan. Melalui kopi kita bisa lebih akrab. Dengan ngopi kita lebih enjoy membicarakan setumpuk pekerjaan,” ujar lulusan D4
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ini (STPDN) sambil menikmati kopi buatannya.
Rifky sepertinya telah memanifestasikan nilai-nilai kopi ke dalam dirinya. Baginya, atau bahkan juga diamsumsikan orang-orang, kopi adalah sumber inspirasi. Di balik seduhan kopi, menurutnya ada energi untuk berpikir kreatif yang mempermudah dirinya dalam menuntaskan pekerjaan. Dari tumpukan Quote filosofi tentang kopi, Rifky juga banyak belajar tentang arti kehidupan.
“Soal kopi mengandung kafein yang bisa meningkatkan energi, iya. Soal Kopi mendatangkan inspirasi, banyak ide, memang sugesti, setiap orang bisa percaya atau tidak,” terangnya.
Mengingat kopi mengandung banyak manfaat, Rifky kemudian beberapa bulan lalu menata ruang belakang kantornya menjadi tempat ngopi dengan berjejer alat-alat pembuat kopi. Mulai dari mesin roasting, grinder hingga berbagai jenis mesin kopi seperti mesin espresso.
Stok kopi khas Bondowoso yang ia sediakan juga beragam, deretan kopi top nusantara seperti gayo, bajawa dan toraja juga berjejer rapi di atas rak pada ruangan yang kemudian Ia sebut sebagai ruang inspirasi. Di sinilah Rifky juga biasanya menerima tamu, baik dari koleganya hingga warga Desa.
“Karena sebagian penyelesaian kerja kita melalui rapat. Pasti butuh kopi. Kopi sangat membantu. Kalau tidak ada kopi pas Break tidak enak. Ya di sini saya membuatnya. Tak hanya saya, semua rekan kerja atau staf bebas membuat kopi di sini,” ucapnya sambil lalu membersihkan bubuk kopi yang terhempas dari mesin grinder.
Rifky mulai tertarik kepada kopi sewaktu dirinya mengabdikan pada masyarakat Sumber Wrigin pada tahun 2013-2017 silam sebagai Sekretaris Kecamatan. Tanpa disadari, dirinya ternyata sudah menyatu pada budaya ngopi yang sangat lekat pada masyarakat Sumber Wringin. Seperti diketahui, Kecamatan Sumber Wrigin adalah Kecamatan penghasil kopi arabica terbesar ke dua setelah Kecamatan Ijen. Saat awal dirintisnya Bondowoso Republik Kopi (BRK) oleh Kepemerintahan Amin Said Husni – Salwa Arifin pada 2016, Rifky makin tergugah untuk turut mempopulerkan kopi Bondowoso.
Bagi maniak kopi sepertinya, kenikmatan kopi tak hanya keluar sesaat setelah diseduh. Kebanyakan orang pasti minum dulu baru dinilai enak atau tidak. Berbeda dengan Rifky. Memproses biji kopi dari green bean hingga sampai di lidah peminumnya baginya sudah sebuah kenikmatan. “Kopi menjadi kegemaran tersendiri. Untuk bilang kopi itu enak bagi saya tak perlu di cicipi terlebih dahulu. Kepuasan dari kopi tanpa mencicipinya bisa dari proses roasting, grinder sampai proses seduhnya sudah ada kepuasan. Apalagi ada yang bilang jika buatan saya enak,” jelasnya tersenyum.
Awal Rifky membuat kopi sendiri, rasa kopi buatannya kurang pas karena belum mengetahui komposisi dan cara membuat kopi yang benar. Setelah mencoba belajar secara otodidak dan membeli beberapa mesin kopi, akhirnya dirinya merasa bisa, setidaknya untuk lidah sendiri.
Soal cita rasa kopi, lidah dan penciumannya jatuh hati pada kopi arabica dari pegunungan Ijen-Raung dan sekitarnya. Ketimbang kopi gayo, bajawa, flores, toraja dan kopi luar lainya, menurutnya kopi arabica ijen diklaim memiliki aroma yang lebih kuat serta rasa asam yang lebih nendang.
Soal masa depan perkopian di Bondowoso, pria 39 tahun ini menaruh harapan besar bahwa pada waktunya nanti maruah kopi Bondowoso baik arabica dan robustanya akan sejajar dengan kopi top nusantara lainnya. Ia berkeyakinan kuat jika selama masyarakat Bondowoso mencintai produknya sendiri, selama masyarakat Bondowoso berinovasi dan bangga akan karyanya sendiri, maka masyarakat Bondowoso akan merasakan nilai ekonomis dari kopi yang tumbuh subur di bumi Ki Ronggo.
“Secara ekonomis, mata rantai kopi sangat panjang. Mulai dari petani yang menjual green bean, para produsen biji kopi roasting dan kopi bubuk hingga cafe-cafe dan reseller kopi. Semua bisa meraup untung jika benar-benar ditekuni,” terangnya.
Ngobrol tentang si biji kopi bersama Rifky sangat mengasikkan. Apalagi dapat kopi gratis. Hehe. “Kalau cocok dengan kopi buatan saya. Silahkan bertamu. Kalau ingin menikmati di rumah masing-masing, silahkan pinang ‘Terro Coffee’,” candanya sambil menunjukkan produk kopi bubuk miliknya yang Ia beri nama Terro Coffee. (abr)