ASH: Sayang BRK Tak Lagi Terdengar “Nyaring” di FKN 4
- 3 November 2019
- 0
BONDOWOSO – Perhelatan Festival Kopi Nusantara (FKN) ke 4 telah usai pada 1-2 November 2019 di Museum Kereta Api.
Pelaksanaannya yang tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena dilaksanakan di Museum Kereta Api, mendapatkan perhatian berbagai pihak.
Salah satunya, datang dari Mantan Bupati Bondowoso Amin Said Husni yang juga merupakan penggagas pelaksananaan FKN saat pertama kali dilaksanakan sebagai rangkaian upaya membumikan Bondowoso Republik Kopi (BRK).
Melalui akun media sosial pribadinya, laki-laki yang kental dikenal sebagai Presiden Republik Kopi itu, mengaku sangat senang lantaran FKN tetap dilaksanakan sekali pun dirinya tak lagi menjabat sebagai Bupati.
Hanya saja, ada beberapa detil kegiatan yang dia sempat disayangkan. Salah satunya penggunaan kata Bondowoso Republik Kopi (BRK) yang tak lagi terdengar nyaring lagi dalam acara tersebut. Bahkan, dinilainya ada rasa “enggan” Untuk terus menjadikan julukan tersebut sebagai jati diri.
“Padahal ‘BRK’ adalah nama yang sudah punya hak paten dari Kemenkumham dan diakui di seantero negeri. Padahal, konon, Pak Bupati dalam sambutan pembukaan FKN-4 ini mengakui, “Kehadiran Kopi Bondowoso telah mampu meningkatkan kesejahteraan petani kopi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Bondowoso,” demikian dikutip dari tulisanya di akun Media Sosial pribadinya.
Secara terperinci berikut “curhatnya” Presiden Republik Kopi melalui akun Facebooknya :
Beberapa sahabat menanyakan kenapa saya tidak muncul di Festival Kopi Nusantara (FKN-4) yg dihelat di Museum Kereta Api Bondowoso, 1-2 November kemaren. “Gak kangen, Pak?,” tanyanya.
Baca Juga : FKN 4 : Bupati Salwa Sebut Kopi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Bondowoso
Tentu saja saya kangen sekali. Pengen banget nongkrong dan ngobrol ngalor ngidul, khususnya tentang kopi. Mendengar curhat para pelaku industri kopi, mulai dari petani, pengolah, pedagang, hingga pengekspor kopi ke manca nagari. Lalu menyimak antusiasme para barista dan semangat anak-anak muda pengusaha kafe. Dan sesekali menimpali puja-puji para penikmat kopi tentang hal ihwal kopi Bondowoso yang mereka gandrungi. Tak lupa pula meladeni para jurnalis yang selalu haus informasi untuk menulis tentang kopi.
Ya, tadinya saya ingin sekali nimbrung di FKN-4 itu, meski saya tak diundang secara resmi. Sekedar duduk ngopi dan tengak tengok kanan kiri. Sambil menanyakan perkembangan terkini. Mulai dari petak-petak kebun, unit pengolahan hasil, hingga kedai-kedai kopi.
Meski akhirnya saya tak jadi datang karena kesibukan pribadi, tapi saya senang karena Bondowoso tetap menggelar festival kopi ini. Setidaknya, jagad perkopian nusantara masih tetap melirik Bondowoso sebagai penghasil kopi spesialti.
Sayang sekali, gaung Bondowoso Republik Kopi (BRK) tak senyaring dulu lagi. Bahkan sepertinya ada rasa ‘enggan’ untuk terus menjadikannya sebagai jati diri. Padahal ‘BRK’ adalah nama yang sudah punya hak paten dari Kemenkumham dan diakui di seantero negeri. Padahal, konon, Pak Bupati dalam sambutan pembukaan FKN-4 ini mengakui, “Kehadiran Kopi Bondowoso telah mampu meningkatkan kesejahteraan petani kopi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Bondowoso.”
Tak apa lah. Saya hanya berharap, semoga para pegiat kopi yang kemaren sempat lesu, bisa segera bangkit lagi. Terus menjaga mutu dan meningkatkan produksi. Terus mengembangkan kekhasan ‘kopi hutan’ hasil kolaborasi petani dan Perhutani. Petani berdaya, hutan tetap lestari. Bondowoso pun kian masyhur hingga ke manca nagari. (och)