Share

 

BONDOWOSO – Angka pernikahan dini di Bondowoso dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami tren penurunan. Yakni di tahun 2015 berada di angka sekitar 45 persen, 2016 di angka 43 persen, dan di 2017 kemarin berada di 41, 76  persen dari total sekitar 5ribuan pernikahan. Namun demikian, jika dihitung angka tersebut tergolong masih tinggi, yakni mencapai sekitar 2ribun pernikahan dini di bawah 20 tahun.

Hal ini diungkapkan oleh Kadis PPKB (Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana), Nunung Setianingsih, saat acara Talkshow, dalam rangka Hari Anak Universal 2018, di GOR Pelita, Sabtu (17/11).

Lebih jauh, Nunung mengatakan, bahwa tingginya angka pernikahan dini ini paling banyak terjadi di lima kecamatan. Yakni, di sekitar kecamatan Pakem,  Wringin, Tlogosari, Botolinggo, dan Taman Krocok.

“Penyebab yang paling krusial sebenarnya  dari budaya. Kalau yang lain-lain, dari anak-anaknya sih sudah dapat KIE, advokasi. Mereka sudah memahami. Tapi masih pola pikir masyarakat kita yang perlu pendekatan,” tutur Nunung.

Ia mengaku bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya penekanan angka pencegahan dini. Walaupun masih tinggi, tapi telah terjadi perubahan, yang sebenarnya memang tidak bisa instan. Mengingat yang perlu diubah adalah pola pikir masyarakat.

“Bagaimana susahnya, bagaimana sulit melobi masyarakat untuk bisa ikut pencegahan pernikahan dini,” katanya pada awak media.

Adapun di lima kecamatan yang angka pernikahan dininya tergolong tinggi, kata Nunung, pihaknya saat intens melakukan pendekatan pada pondok pesantren dalam rangka layanan baru PPKB, yakni Layanan Konseling. Di samping itu, juga dilakukan sosialisasi ke madrasah-madrasah.

Untuk informasi, tingginya angka pernikahan dini di Bondowoso ini memantik anak-anak muda Bondowoso yang tergabung dalam forum anak, menggelar Talkshow Bakti Pada Negeri, dalam rangka Hari Anak Universal 2018. Talkshoe tersebut mengulik berbagai hal sebab dan akibat tentang pernikahan dini. Termasuk, pernilahan dini dari sudut pandang hukum.

Tampak hadir sebagai pembicara yakni Wakil penggerak PKK Evy Susilawati, Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Jember, Yanni Tuharyati, dan penulis Misbahul Hasan.(och)