Angka Kematian Ibu dan Bayi di Bondowoso Meningkat
- 6 February 2021
- 0
BONDOWOSO – Angka Kematian ibu dan bayi di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2020 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah kematian ibu pada 2020 sebanyak 19 kasus atau 177,4/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk kematian anak sebanyak 168 kasus atau 15,6/1000 kelahiran hidup.
“Pada 2019, kematian ibu berjumlah 14 kasus (129,2/100.000 kelahiran hidup) dan kematian bayi sebanyak 155 kasus (14,3/1000 kelahiran hidup),” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, Mohammad Imron, Jumat (5/2/2021).
Ia mengungkapkan, penyebab kematian ibu terbanyak akibat pendarahan dan keracunan kehamilan. Masing-masing jumlahnya ada 5 kasus.
Di masa pandemi, berdasar data, seorang ibu hamil di Bondowoso terpapar COVID-19. Ibu tersebut meninggal dunia karena penyakit penyerta. Beruntung, anaknya berhasil diselamatkan.
Masa kematian ibu pada 2020, yakni pada saat hamil 7 kasus, bersalin 6 kasus, nifas 6 kasus.
“Penyebab lain, infeksi ada 4 kasus, jantung 2 kasus, emboli 1 kasus, dan Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP) 1 kasus,” sebutnya.
Kematian pada bayi dipicu oleh sejumlah masalah kesehatan. Paling banyak penyebabnya karena berat badan lahir rendah di bawah 2,5 kilogram dengan 83 kasus. Kemudian, disusul Asfiksia sebanyak 29 kasus.
Baca Juga : Pemkab Bondowoso Tarik Pajak Tambang Tak Berizin
Rentang usia kematian bayi antara 0-11 bulan 29 hari. Paling banyak pada masa Neonatal atau 0-6 hari, yakni 110 kasus.
“Penyebab lain di antaranya, kelainan bawaan, infeksi, pnemonia dan diare,” terangnya. Data bayi lahir hidup pada 2019 sebesar 10.838 jiwa dan sebanyak 10.710 jiwa di 2020.
Informasi yang dihimpun, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas menolong persalinan masih kurang. Tak hanya itu, sarana prasana persalinan di puskesmas dan rumah sakit pelat merah di Bondowoso juga terbilang masih perlu dilengkapi. Imron pun membenarkan hal itu.
“Tenaga kesehatan di sektor persalinan masih minim. Sarana prasana di puskesmas dan rumah sakit juga kurang. Kalau di rumah sakit sarana prasarana yang kurang utamanya untuk penanganan berat badan lahir (BBL),” paparnya.
Di sisi lain, masyarakat Bondowoso masih mempercayakan dukun untuk menangani persalinan. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat.
Merujuk data Dinas Kesehatan Bondowoso, jumlah persalinan oleh dukun berjumlah 61 orang. Jumlah dukun bayi di Bondowoso diperkirakan ratusan.
“Kendati begitu, proses persalinan oleh dukun dari tahun ke tahun mulai menurun. Hampir semua dukun bayi sudah bermitra dengan bidan. Program kami, namanya kemitraan bidan dan dukun,” pungkasnya. (abr)