Ajak Santri Gelorakan Pendidikan Inklusi Melalui Pesantren Literasi
- 19 May 2019
- 0
BONDOWOSO– Belasan satriwan dan santriwati mengikuti Pesantren Literasi yang bertajuk Gelorakan Pendidikan Inklusi melalui fotografi, dan videografi, di Kecamatan Tlogosari, Minggu (19/5).
Mereka bukan hanya diajari tentang bagaimana menulis, melainkan juga pengambilan gambar dan videografi jurnalistik. Utamanya, dalam upaya mengedukasi tentang pendidikan inklusi kepada masyarakat melalui foto dan video.
Solikhul Huda, Ketua Penyelenggara Gelorakan Pendidikan Inklusi, menerangkan, bahwa tujuan untuk menggelorakan pendidikan inklusi melalui foto maupun video yakni untuk memasyarakatkan tentang pemahaman pendidikan inklusi. Selama ini, model pendidikan yang menerima siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Anak Tidak Berkebutuhan Khusus (ATBK) dalam satu sekolah itu, telah digemakan di Bondowoso sejak 2017 lalu. Namun sayangnya, pemahaman itu masih belum merata.
“Tapi sampai saat ini gemanya belum merata. Atau belum sampai ke akar rumput, hanya di tataran atas saja,” ungkapnya.
Oleh karena itulah, melalui perkembangan teknologi yang kemudian dikawinkan dengan kemampuan pengambilan video dan fotografi dari anak muda di Bondowoso, kata Solikhul Huda, diharapkan mampu masuk ke tengah-tengah masyarakat untuk memberikan pemahaman bahwa siapa pun memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Baca Juga : Safari Ramadan di Wringin, Bupati Salwa Ajak Masyarakat untuk Menahan Diri
Direktur LPKIPI, Lutfi Firdaus, menambahkan, di era digital ini anak muda bisa turut ambil bagian mengedukasi pemahaman tersebut kepada masuarakat. Caranya melalui pesan-pesan yang dituliskan di jurnalis warga, melalui video, atau pun audio. Akan tetapi pesan yang disampaikan bukan tentang eksklusifitas ABK dan ATBK, tapi bagaimana kebersamaan, kemampuan sosialisasi, serta bagaimana keberagaman.
“Masyarakat juga penting dilatih, bukan hanya penerimaan dari orang tua saja,” katanya.
Sementara itu, Andiyono, Ketua LTNU Bondowoso, mengatakan, bahwa pihakya sangat setuju dengan gerakan yang dilakukan LPKIPI. Yakni menyebarluaskan pemahaman pendidikan inklusi kepada masyarakat luas, khususnya bagi para pemuda.
“Paling tidak, generasi muda sebagai penerus bangsa, 5-10 tahun ke depan ketika mereka berkeluarga dan memiliki anak, mereka siap mempraktikkan pendidikan inklusi,” ujarnya.
Sebab, mempraktikkan inklusivitas ini juga penting dalam keluarga, bukan hanya dalam lingkungan pendidikan.
Semakin banyak masyarakat yg terpapar pemahaman pendidikan inklusi ini, dirinya yakin pendidikan yang diawali dari keluarga di rumah masing-masing akan membuat iklim pendidikan di tanah air semakin baik.Pelaksanaan ini sendiri diselenggarakan oleh Unicef melalui LPKIP Indonesia, yang bekerjasama dengan LTNU Bondowoso.
Adapun hadir sebagai pemateri yakni Jurnalis MNCTV Riski Amirul Ahmad, dan Huda, Jurnalis Radar Ijen, Jawa Pos.(och)