
71 Desa di Bondowoso Dapat Pendampingan SAID
- 15 July 2017
- 0
BONDOWOSO – Sebanyak 71 desa di Kabupaten Bondowoso akan mendapatkan pendampingan dari Universitas Jember dalam program UMD (Universitas Masuk Desa). Mahasiswa KKN yang jumlahnya 130 orang, akan disebar ke desa-desa untuk mendampingi operator desa dalam penerapan website desa dan aplikasi SAID (Sistem Administrasi dan Informasi Desa).
Menurut Randy Julianto, Koordinator Mahasiswa KKN Unej, SAID ini merupakan salah satu program kerja unggulan mahasiswa KKN Unej di Bondowoso. Nantinya, selama 45 hari, mahasiswa Unej ini akan mendampingi setiap operator desa dalam menginput, menghapus, maupun mengupdate informasi yang akan dimasukkan ke website desa maupun aplikasi SAID ini. “Tugasnya mahasiswa KKN ini hanya mendampingi saja,” jelasnya
Namun demikian, Ia mengakui terdapat sejumlah kendala yang menghantui realisasi dari pendampingan mahasiswa KKN terhadap operator desa. Mulai dari kendala teknis hingga SDM.
Kendala teknis yang dimaksud yakni akses internet yang berupa wifi masih belum menyeluruh di semua desa. “Apalagi tidak banyak masyarakat desa yang paham tentang internet,” jelasnya.
Selain itu, masih banyak operator desa yang kurang paham tentang IT. “Iya memang keterbatasan SDM untuk ITnya ini,” tambahnya.
Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Tata Kelola Desa, Bondowoso Andalkan SAID
Untuk informasi, program SAID ini sebelumnya telah diaplikasikan di sepuluh desa di kecamatan Wringin dan Cermee melalui program UMD 2016. Karena dianggap berhasil, sekarang Pemkab Bondowoso ingin merealisasikan di desa-desa lainnya. Dengan harapan seluruh desa di Bondowoso menerapkan SAID.
Seperti dikuti dari chanel youtube Humas Unej, Hermanto Rahman, Direktur UMD Universitas Jember, menjelaskan, bahwa setiap desa diharapkan akan memiliki website sebagai wahana desa untuk menyebarluaskan kiprahnya, termasuk potensi dan tantangannya. Serta SAID yang berisi data kependudukan dan data desa lainnya.
“Dengan adanya data kependudukan yang selalu up to date, maka pelayanan desa lebih cepat dan efisien. Misalnya berapa jumlah ibu hamil, berapa anak usia balita atau siapa saja penerima Raskin. Jika tahap pertama berhasil, dapat dilanjutkan dengan menggali dan memasarkan potensi desa masing-masing,” pungkasnya. (och)