Share

SITUBONDO – 5 hektar lahan petani tebu di Desa Curah Kalak, Kecamatan Jangkar, Situbondo mengalami kekeringan. Akibatnya, tebu yang mereka tanam banyak yang mati.

Kepala Desa Curah Kalak, Matnaji, membenarkan bahwa kemarau yang terjadi tahun ini berdampak terhadap lahan pertanian di wilayahnya. Bahkan, sejumlah petani mengeluhkan matinya tanaman mereka akibat kekurangan air.

“Karena itulah, saya gelar pertemuan dengan petugas UPTD Pengairan Cabang Arjasa, petani juga untuk mencari solusi kekurangan air ini. Termasuk survei juga ngeliat lahan petani ” katanya usai pertemuan, Sabtu malam (3/10/2020).

Ia menerangkan, hasil dari pertemuan yang telah dilakukan dua kali itu, disepakati bahwa akan dilakukan sistem gilir mati mulai 5 Oktober 2020.

 

Baca Juga : Ikut Pagelaran Kesenian Daerah, Dikbud Bondowoso Angkat Legenda Desa Blimbing

 

“Saya tegaskan pada semua Sublok agar bekerja sebaik mungkin, apabila terjadi penyalahgunaan hak air dan wewenang di wilayah masing-masing juru oleh oknum, maka akan di laporkan ke dinas terkait,” tegas Matnaji.

Di tempat yang sama, Ketua HIPPA Hasan Jasuli, menerangkan, realisasi sistem gilir mati yakni fua hari pertama saluran pintu air atas akan di buka, setelah itu akan di lanjutkan hari berikutnya pintu air bawah akan di buka selama 24 jam.

“Sistem gilir mati ini aturannya tidak baku, tergantung situasi dan kondisi,” katanya.

Informasi dihimpun, Pemerintah Desa setempat telah menggelar dua kali pertemuan. Yakni pada 26 September 2020 dan 3 Oktober 2020.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh petani, Ketua HIPPA, perwakilan dari UPTD Pengairan Cabang,
Petugas Juru air Nihwariyanto, Mantri Tani dari Dinas Pertanian Fathol Bary, Babinsa dan Babinkamtibmas wilayah setempat.(pung/och)