Belasan Istri Petani Kopi Deklarasikan “Srikandi Kopi Bondowoso”
- 30 July 2018
- 0
BONDOWOSO – Sebanyak 15 perempuan istri dan anak petani kopi di Kluster Java Ijen Raung Bondowoso akan dilatih dan didampingi membuat produk hilir berbahan dasar kopi bernilai ekonomi tinggi. Harapan ke depannya, hal ini bisa menjadi modal keterampilan yang ujungnya bisa menjadi pendapatan baru bagi keluarga masing-masing perempuan istri tani kopi tersebut.
Sebagai langkah pertama, wanita-wanita itu terlebih dahulu mendeklarasikan Kelompok Srikandi Kopi Bondowoso. Kelompok ini dibentuk sebagai langkah awal wadah peningkatan perekonomian yang bergerak di sector hilir kopi Bondowoso.
Friska Kalia, penginisiasi Srikandi Kopi Bondowoso, sekaligus peraih Fellowship Citradaya Nita 2018, melalui press release yang diterima Memo Indonesia, menerangkan, bahwa rencananya program pendampingan ini akan berlangsung selama sekitar tiga bulan ke depan. Tentu dalam prakteknya ada beberapa ide yang akan diwujudkan untuk menjadi sebuah produk.
Lebih jauh, Ia menjelaskan bawah latar belakang rencana pembinaan kepada perempuan istri petani kopi ini, karena, selama ini Ia menilai pembinaan dan pendampingan kopi masih banyak fokus pada kaum laki – laki sebagai petani. Padahal jika dilihat di lapangan, peran kaum perempuan lebih banyak mendominasi. Oleh karena itu, pentingnya para kaum perempuan di dorong dalam peningkatan skill, untuk kemudian bisa berdaya secara ekonomi.
“Kita tahu dari hulu ke hilir, perempuan memegang peranan penting. Tapi belum banyak yang memperhatikan itu. Melalui Citradaya Nita 2018 ini kami diberi kesempatan untuk mendampingi kelompok perempuan untuk berdaya secara ekonomi. Dan pembentukan kelompok ini adalah langkah awalnya,” kata Friska Kalia.
Sementara itu, Perwakilan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Djoko Sumarno mengapresiasi pembentukan kelompok yang menaungi kaum perempuan ini. Menurutnya, sudah saatnya kejayan kopi Bondowoso dikembangkan lebih luas lagi dengan menyasar banyak pangsa pasar dengan munculnya berbagai produk olahan kopi asal Bondowoso.
“Saya kira kalau di Jawa kita bicara kopi, Bondowoso masih juara. Ini saatnya untuk mengembangkan sayap lebih luas lagi. Kami menantikan peran perempuan dalam kelompok Srikandi ini untuk semakin membuat kopi Bondowoso mendunia,” kata Djoko.
Hal serupa disampaikan Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Java Ijen Raung, Suryadi. Menurutnya pembentukan kelompok perempuan ini merupakan satu langkah baru bagi kemajuan kopi Bondowoso. Ia bahkan berharap kelompok ini akan menjadi cikal bakal munculnya banyak produk hilir berbahan dasar kopi yang nantinya akan merambah pasar di berbagai daerah.
“Sebenarnya ini sudah masuk dalam kerangka besar pengembangan kluster kopi. Tapi baru bisa benar-benar di eksekusi hari ini. Saya bersyukur melalui Citradaya Nita PPMN ini, bisa terbentuk kelompok yang isinya istri dan putri dari petani kopi,” ujarnya.
Dalam deklarasi Srikandi Kopi Bondowoso, Khusnul Khotimah terpilih menjadi ketua didampingi oleh Ika Yuli sebagai sekretaris dan Sundari sebagai bendahara. Kedepan, kelompok ini akan menggelar berbagai kegiatan pelatihan untuk menciptakan variasi produk hilir berbahan dasar kopi.
Program Citradaya Nita 2018 sendiri merupakan program tahunan yang digelar oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN). PPMN sendiri merupakan lembaga nonprofit yang terbentuk untuk mengembangkan profesionalisme media serta memperluas akses informasi di Indonesia dan berbagai negara di Asia. PPMN melakukan program peningkatan kapasitas media melalui berbagai pelatihan dan membangun media baru di daerah terpencil serta membantu berbagai program pengembangan jurnalis warga.
Melalui Citradaya Nita 2018 ini, PPMN bekerjasama dengan sejumlah jurnalis di daerah untuk melakukan jurnalisme advokasi dimana selain memproduksi produk jurnalistik, para jurnalis peraih fellowship juga diberi kesempatan melakukan pendampingan kepada kelompok wanita dengan tujuan peningkatan perekonomian kelompok tersebut.
Di tahun ketiga Fellowship ini, tercatat ada 10 Jurnalis perempuan yang terpilih untuk melaksanakan berbagai program pendampingan kepada kelompok perempuan. Mereka berasal dari Medan, Lombok, Bengkulu, Bondowoso, Banyuwangi, Surabaya, Bogor, Padang dan Papua.(och)