Share


BONDOWOSO – 10 persen ayam bantuan dari program Bedah Kemiskinan Rakyat Bekerja (Bekerja) dari Kementrian pertanian di Bondowoso mati. Adapun bantuan ayam yang diberikan yakni sebanyak 568.250 ekor untuk sekitar 12ribuan Rumah Tangga Miskin (RTM) di 25 desa, yang tersebar di kecamatan Binakal, Sumber Wringin, dan Grujugan.

Berdasarkan keterangan dari BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan), masing-masing RTM (Rumah Tangga Miskin) mendapat bantuan berupa 50 ekor ayam, 300 kilogram pakan ayam, 1 paket obat-obatan dan vitamin. Jika dikalkulasikan ke dalam nominal, bantuan yang digelontorkan untuk Bondowoso dalam program ini, mencapai Rp 36,571 milliar.

Direktur Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari, Fajar Sumping Caturasa, usai Pertemuan Evaluasi Kegiatan Program Bekerja Kabupaten Bondowoso, di Aula Hotel Palm, Kamis (13/12), menerangkan, sampai saat ini memang rata-rata masih sekitar 5-10 persen bantuan ayam mati. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti transportasinya, dan waktu ditanganinya. Belum lagi, RTM yang tidak mengenal cara beternak.

“Sehingga walaupun sudah dikasih penyuluhan dan sebagainya, pasti ada kurangnya dibandingkan dengan yang memang peternak,” tuturnya.

Senada disampaikan oleh Fathorosi, TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) Sumber Wringin, menerangkan, penyebab banyak matinya bantuan ayam ini karena jarak tempuh ayam yang di bawa ke Bondowoso dari Kediri. Kemudian, mayoritas RTM tidak mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan terhadap ayam yang baru datang dari wilayah yang jauh.

Menurutnya, sosialisasi selama ini telah dilakukan, tapi karena kualitas SDM yang menerima bantuan juga masih rendah. Sehingga terjadi kesalahan dalam pemberian vitamin maupun obat-obatan terhadap ayam tersebut.

“Akhirnya ketika ada sosialisasi tentang pemberian obat, justru obat untuk mensterilkan kandang justru diberikan minum kepada ayam. 50 ekor ayam itu mati semua,” urainya.

Di Kecamatan Sumber Wringin, kata Fathorosi, ada 3.685 RTM di enam desa, dengan jumlah terbanyak di Kawasan desa Sukorejo, yakni 1.224 RTM.

“Sekarang paling mungkin 45 persen mati di wilayah saya,” ungkapnya.

Sarastina Wulan, Ketua Program Bekerja dari BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan) Singosari, mengatakan, berdasarkan SOP (Standar Operasional Prosedur ) menyebutkan bahwa ayam mati maksimal lima hari setelah diterima, akan diganti. Karena, masa lima hari tersebut dinilai merupakan masa-masa adaptasi. Sehingga masih menjadi tanggung jawab. Namun demikian, pihaknya tidak bisa melakukan penggantian ayam tersebut tanpa sepakat dengan pihak penyedia.

“Tidak bisa mengganti serta merta. Jika semua lapor mati-mati. Tapi kami minta bisa digantikan asal ada bentuk tanggung jawab, yaitu berupa data, berupa pernyataan ditanda tangani Pak Kades,” tuturnya.

Sementara itu, Dinas Pertanian Bondowoso, melalui Kepala Bidang Peternakan, Murjana, menuturkan, akan melakukan kajian terhadap berbagai kendala yang menyebabkan kematian bantuan ayam tersebut. Perihal rencana penggantian bantuan tersebut, kata Murjana, pihaknya menunggu dari BBIB, mengingat hal tersebut merupakan leading sektornya dari BBIB.

“Mungkin dalam waktu dekatlah, kita kan sudah kita data masing-masing wilayah,”pungkasnya.(och)